Banyak
mahasiswa maupun dosen sekalipun, yang sering kebingungan ketika
dihadapkan pada proses penyusunan karya ilmiah. Sharing ini saya lakukan
dengan harapan agar dapat menjadi inspirasi, bukan untuk menonjolkan
diri. Terima kasih pada rekan Bintang, yang sudah memberikan masukannya.
Saya juga mengharapkan masukan dari Anda tentunya.
Catatan:
pendekatan ini mungkin lebih sesuai untuk karya ilmiah di bidang ilmu
manajemen dan akuntansi (karena itu latar belakang pendidikan saya),
namun saya berharap bisa digunakan dalam cabang ilmu sosial lainnya.
MEMILIH TOPIK
Bagian
terberat sebelum memulai menulis sebuah karangan ilmiah adalah memilih
topik. Sebenarnya, Anda yang masih pemula tidak perlu kuatir. Semua
penulis baik karangan ilmiah, fiksi, atau menulis apapun memang tidak
mudah untuk memperoleh sebuah topik, terlebih bila hasil penulisan
tersebut harus dipertanggungjawabkan dalam sebuah forum institusi maupun
forum publik.
Bagaimana caranya supaya ide tersebut bisa muncul? Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan:
1. Mengamati suatu keadaan atau fenomena.
Misalnya
bila Anda melihat suatu kejadian A, namun bila ada pikirkan lebih
lanjut, seharusnya keadaan sepeti itu tidak seharusnya terjadi. Atau
secara sederhana dikatakan terjadi suatu ‘kesenjangan’ antara keadaan
nyata . Dari sanalah topik atau ide untuk diulas akan muncul.
2. Brainstorming
Ada bisa melakukan ‘curah gagasan’ atau istilah kerennya brainstorming
dalam menemukan topik untuk menulis karya ilmiah. Tapi untuk memastikan
mendapat ide yang lumayan brilian pilih orang yang Anda ajak
berdiskusi, misalnya dengan teman yang IP nya lumayan tinggi atau dengan
dosen, bahkan bila perlu dengan Pembicara sebuah seminar atau diskusi
ilmiah.
3. Membaca banyak buku teks (text book) atau buku acuan (literature book).
Ide
juga bisa muncul dengan membaca buku teks wajib dari mata kuliah Anda
ataupun juga membaca buku literatur. Pada umumnya buku-buku teks hanya
memuat sangat sedikit penjabaran dari sebuah topik atau
konsep. Untuk melengkapinya, Anda perlu mencari tahu lebih banyak dari
buku literatur. Buku seperti ini pada umumnya, membahas sebuah topik
secara lebih detil bahkan beberapa di antaranya sudah langsung membahas
secara aplikatif dalam kehidupan nyata.
4. Membaca karya dan jurnal ilmiah dari peneliti lain.
Bila
Anda teliti membaca buku teks atau buku acuan Anda, dalam daftar
pustaka, dapat ditemukan berbagai jenis jurnal ilmiah maupun berbagai
macam publikasi lainnya. Anda dapat melakukan penelitian dengan memilih
topik yang sama. Namun yang perlu Anda ingat, jangan sampai tergoda
untuk menjiplak karya ilmiah tersebut, karena tentu saja hal ini
melanggar Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) si penulis. Sebetulnya
banyak cara yang bisa dilakukan dengan topik tersebut, misalnya dengan
mengganti obyek penelitian, menambahkan variabel yang hendak diteliti,
mengganti metode perhitungan maupun pendekatan penelitian itu sendiri.
Dari
jurnal dengan topik/ide yang sama dapat memberikan hasil penelitian
yang berbeda. Perbedaan ini dapat digunakan untuk pengembangan topik/ide
selanjutnya, termasuk bila kita jeli membaca keterbatasan penelitian
tersebut.
Selain
itu, dari jurnal dapat diperoleh arah positif atau negative terhadap
suatu variabel penelitian. Anda dapat menguji kembali apakah
kencederungan juga terjadi pada penelitian Anda. Bahkan dengan kondisi
yang unik di Indonesia tidak jarang hasil penelitian Anda dapat berlawan
dengan penelitian aslinya, bahkan dengan teori yang Anda ambil dari
buku acuan.
5. Internet sumber informasi yang tak terbatas
Internet
adalah suatu keajaiban masa kini. Dari internet, kita bisa memperoleh
berbagai macam informasi tentang berbagai pekembangan terkini. Mulai
dari fenomena, paradigma baru, debat teori, paradoks maupun penelitian
dan eksperimen yang tengah belangsung. Dengan jumlah informasi yang
dapat dikatakan ‘hampir tidak terbatas’ ini, seharusnya Anda tidak lagi
kesulitan untuk menemukan topik karya tulis Anda.
MERUMUSKAN MASALAH
Tahap berikutnya setelah menemukan topik adalah merumuskan masalah yang akan diangkat sebagai obyek penelitian. Dalam mencoba merumuskan suatu permasalahan ada beberapa hal yang perlu dicermati:
1. Masalah yang diangkat tidak harus dalam bentuk pertanyaan, namun juga bisa dalam bentuk pernyataan.
2. Permasalahan
harus cukup fokus, tidak terlalu sempit sehingga menyulitkan pada waktu
pembahasan atau terlalu melebar sehingga jawaban yang disampaikan pada
simpulan mengambang atau membingungkan.
3. Sifat pertanyaan atau pernyataan haruslah netral dan tidak boleh bersifat mendukung opini atau simpulan tertentu.
4. Pertanyaan dan pernyataan bersifat menarik dan unik. Jangan mengangkat permasalahan yang sudah jelas jawabannya.
5. Permasalahan
dapat dipecahkan dan dijawab dengan pendekatan dan data yang ada. Bila
Anda bersifat mencoba pendekatan baru yang belum pernah dilakukan
sebelumnya, yakinkan bahwa penelitian Anda tidak tergolong dalam
kriteria eksperimen. Eksperimen memiliki metodologi sendiri yang berbeda
dengan apa yang sedang kita bahas di sini.
6. Jika
menggunakan jurnal yang penelitiannya tidak dilakukan Indonesia, Anda
perlu cermati bahwa suatu kejadian antar Negara dapat berbeda. Masalah
yang diangkat perlu sesuaikan dengan peristiwa, kondisi, perlakuan dan
peraturan yang berlaku di Indonesia. Hal ini untuk menghindari “tidak
nyambungnya” perumusan masalah Anda dengan kondisi aktual di Indonesia.
7. Dan
hal terpenting dari permasalahan adalah sesuai dengan topik dan judul
yang telah dipilih. Harus ada ‘benang merah’ yang dijaga, sampai
penulisan tersebut rampung pada bagian simpulan.
MEMBERI JUDUL PENELITIAN
Sebenarnya
memberikan judul adalah bagian termudah dari sebuah penulisan ilmiah.
Pada umumnya perumusan masalah merupakan judul dari sebuah karya ilmiah.
Namun ada kalanya kita perlu mempertimbangkan apakah bila judul
tersebut kita gunakan, pembaca menjadi kurang mengerti atau bahkan
menafsirkan secara lain. Bila terpaksa menggunakan judul yang sedikit
berbeda dengan perumusan masalah pastikan pembaca atau orang lain tidak
bingung atau salah tafsir.
MENCIPTAKAN LATAR BELAKANG
Penulis
pemula banyak yang “salah kaprah” ketika menulis latar belakang.
Dibutuhkan berlembar-lembar kata-kata untuk mengungkapkan latar belakang
yang ingin dibahas. Selain agar dikatakan lengkap, pada umumnya alasan
menulis latar belakang yang panjang adalah untuk membuat karya tulis
menjadi ‘tebal’ dan ‘berbobot’. Padahal, dengan latar
belakang yang panjang, tidak ada manfaat yang dapat kita peroleh selain
pembaca yang bosan, bingung dan lelah. Bila Anda ingin
menciptakan karya yang baik, sebenarnya bagian yang seharusnya ‘tebal’
dan ‘berbobot’ adalah pada bagian “ANALISA DAN PEMBAHASAN”, karena pada
bagian inilah sebenarnya tingkat wawasan penulis akan diukur.
Bagaimana menuliskan latar belakang yang ideal? Berikut ini tipsnya:
1. Buatlah
suatu latar belakang yang lugas, jelas dan tidak bertele-tele. Langsung
menuju pada permasalahan yang akan diangkat atau fenomena yang ada.
2. Masukkan
kutipan dari buku maupun publikasi apabila memang kalimat maupun
tersebut berasal dari seorang ahli, pembicara ataupun peneliti lain.
Tidak perlu terlalu banyak, cukup yang mendukung topik saja.
3. Jangan menggunakan kalimat tanpa dasar argumentasi yang kuat.
4. Sebaiknya panjang latar belakang sekitar 2 halaman untuk kertas ukuran A4.
5. Tetap
fokus agar dalam memaparkan latar belakang tidak menyimpang dari topik,
perumusan masalah dan judul. Mengaburkan hubungan ‘benang merah’ akan
membingungkan pembaca terlebih lagi tim penguji.
Dalam
melakukan tahap-tahap di atas, hendaknya Anda bersikap tekun dan
cermat. Bila Anda sedikit saja ceroboh, seluruh “bangunan penelitian”
Anda akan ambruk. Bila bagian pertama ini tidak dilakukan dengan
sempurna artinya Anda harus memulai segalanya dari awal. Bila ingin
menghasilkan karya yang baik jangan terburu-buru, take your time terutama pada bagian awal ini. (Bersambung).
Assalamu'alaikum, maaf sebelumnya, kami lancang, mau bertanya bagaimana cara mencari permasalahn yag sekiranya bsa dijadikan judul skripsi....
BalasHapus