ANALISIS jalur pertama kali
diperkenalkan oleh Sewall Wright (1921), seorang ahli genetika, namun kemudian
dipopulerkan oleh Otis Dudley Duncan (1966), seorang ahli sosiologi. Analisis
jalur bisa dikatakan sebagai pengembangan dari konsep korelasi dan regresi,
dimana korelasi dan regresi tidak mempermasalahkan mengapa hubungan antar
variabel terjadi serta apakah hubungan antar variabel tersebut disebabkan oleh
variabel itu sendiri atau mungkin dipengaruhi oleh variabel lain.
A. DEFINISI
Path Analysis (PA) atau
analisis jalur adalah keterkaitan antara variable independent, variable
intermediate, dan variable dependent yang biasanya disajikan dalam bentuk
diagram. Didalam diagram ada panah panah yang menunjukkan arah pengaruh antara
variabel exogenous, intermediary, dan variabel dependent. Terkadang
besaran pengaruh di gambarkan dengan ketebalan anak panah. Path analysis hanya
berkaitan dengan REGRESI GANDA dengan VARIABEL YANG TERUKUR.
Analisis jalur merupakan teknik statistik untuk menguji hubungan kausal antara dua atau lebih variabel, berdasarkan persamaan linier. Teknik ini dikembangkan sejak tahun 1939 oleh Sewall Wright. Hubungan kausal ini ada yang langsung X→Z dan juga ada yang tak langsung tetapi melalui variabel antara Y ialah X Y → Z. Jalur yang di gambarkan dengan tanda panah ini merupakan → hipotesis yang akan di uji berdasarkan data lapangan.
Analisis jalur merupakan teknik statistik untuk menguji hubungan kausal antara dua atau lebih variabel, berdasarkan persamaan linier. Teknik ini dikembangkan sejak tahun 1939 oleh Sewall Wright. Hubungan kausal ini ada yang langsung X→Z dan juga ada yang tak langsung tetapi melalui variabel antara Y ialah X Y → Z. Jalur yang di gambarkan dengan tanda panah ini merupakan → hipotesis yang akan di uji berdasarkan data lapangan.
Berbeda dengan korelasi dan
regresi, analisis jalur mempelajari apakah hubungan yang terjadi disebabkan
oleh pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel independen terhadap
variabel dependen, mempelajari ketergantungan sejumlah variabel dalam suatu
model (model kausal), dan menganalisis hubungan antar variabel dari model
kausal yang telah dirumuskan oleh peneliti atas dasar pertimbangan teoritis.
Melalui analisis jalur kita akan menguji seperangkat hipotesis kausal dan
menginterpretasikan hubungan tersebut (langsung atau tidak langsung).
Asumsi yang digunakan dalam
analisis jalur yaitu:
- Linearity: keterkaitan/ hubungan antar variabel
adalah linier.
- Interval level data disarankan jangan
menngunakan variabel dummy.
- Residual (unmeasured) variables hanya
berkorelasi dengan satu variabel dalam model yang ada panah langsung.
- Low multicollinearity (secara teoretis tidak ada
korelasi yang signifikan antar variabel exogen).
- No under identification or under determination
of the model is required. For underidentified models there are too few
structural equations to solve for the unknowns. Overidentification usually
provides better estimates of the underlying true values than does just
identification.
- Adequate (ukuran sample diperlukan agar signifikan).
Kline (1998) merekomendasikan 10 sd 20 kali parameter yang akan di
estimasikan.
Contoh model analisis jalur:
Dengan notasi-notasi yang
digunakan sebagai berikut:
- γ (gamma) : koefisien
pengukur hubungan antara variabel endogen dengan eksogen
- β (beta) : koefisien yang
mengukur hubungan antar variabel dependen (endogen).
- ϕ (hi) : koefisien yang
mengukur hubungan antar variabel independen (eksogen).
- ζ (zeta) : varian peubah
latent yg tdk terjelaskan model
- Y :
variabel dependen (endogen)
- X : variabel independen (eksogen)
Langkah-langkah dalam analisis
jalur sebagai berikut:
1. Merancang model berdasarkan
konsep dan teori
2. Pemeriksaan terhadap asumsi
yang melandasi
3. Pendugaan parameter atau
perhitungan koefisien jalur
4. Pengujian model
5. Interpretasi model
Structural Equation Modeling (SEM)
Model analisis yang padaumumnya menggabungkan antara dua bagian ialah i). pembentukan variabel LATENT dan ii). Pembangunan model struktural. Analisis jalur merupakan bagian (subset) dari SEM adalah gabungan antara REGRESI GANDA dengan variabel LATENT yang di bangun dengan analisis faktor dari butir butir/indikator/ item atas variabel laten tersebut.
Hox dan Bechger (2002) menyebutkan bahwa SEM adalah suatu kombinasi analisis faktor dan analisis regresi atau analisis jalur. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam penyusunan variabel latent didasarkan atas theoretical constructs yang juga di hitung berdasarkan metode regresi. Selanjutnya model structural didasarkan atas covariances antara variabel exogen,variabel antara, dan variabel endogen.
Oleh karenanya model structural ini juga sering disebut covariance structure modeling. Disana juga dikatakan bahwa “ Now days structural equation models need not be linear, and the possibilities of SEM extend well beyond the original Lisrel program”.
Variabel eksogen (exogenous) adalah variabel yang tidak ada anak panah mengarahnya. Jika dua varaibel eksogen berkorelasi di tunjukkan dengan panah dua arah.
Variabel endogen (endogenous) yang terdiri dari variabel antara dan variabel dependen. Variabel antara terdapat anak panah yang datang dan juga yang pergi. Sedangkan variabel dependen hanya terdapat panah yang datang menujunya.
Variabel LATENT adalah variabel yang diukur dengan indikator-indikator (item-tem atau butir-butir) nya, misalnya variabel kesejahteraan, kepuasan, partisipasi, pemahaman, dll. Cara klasik data variabel latent dengan menjumlahkan skor butir-butir yang valid dan reliable. Cara yang terbaik dalam SEM adalah di hitung dengan menggunakan metode confirmatory factor analysisis (CFA) . Dalam CFA dirancang sedemikian rupa agar setiap butir/item menyumbang (Loading) kepada satu variabel latent saja. Besaran sumbangan ini biasa disebut LOADING yang berbeda beda sesuai dengan derajat variabilitas dan tingkat korelasi terhadap item item yang lainnya. Hox dan Bechger (2002) menyebutkan CFA confirmatory (restricted) factor analysis menjamin bahwa setiap item hanya akan memberikan loading kepada satu variabel latent saja .
Path coefficient/ path weight
pada umumnya adalah koefisien regresi yang distandarkan (artinya regresi dimana semua variabelnya dalam bentuk z-score).
Disturbance terms adalah residual error yang besarannya sama dengan(1 - R2). Dia mengukur sisa pengaruh faktor lain kepada suatu variabel exogen.
Significance and Goodness of Fit. Testing setiap koefisien dengan t-tes atau F-test. Sedangkan untuk test kecocokan suatu model dengan jika Chi-square dg P > 0.05 dan RMSEA < 0.05. Hox dan Bechger (2002) menyebutkan Goodness of fit (Tuna Cocok) dengan chi squared dengan p-value lebih besar dari 0.05 persen baru dikatakan model SEM cocok pada data empiris.
Model analisis yang padaumumnya menggabungkan antara dua bagian ialah i). pembentukan variabel LATENT dan ii). Pembangunan model struktural. Analisis jalur merupakan bagian (subset) dari SEM adalah gabungan antara REGRESI GANDA dengan variabel LATENT yang di bangun dengan analisis faktor dari butir butir/indikator/ item atas variabel laten tersebut.
Hox dan Bechger (2002) menyebutkan bahwa SEM adalah suatu kombinasi analisis faktor dan analisis regresi atau analisis jalur. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam penyusunan variabel latent didasarkan atas theoretical constructs yang juga di hitung berdasarkan metode regresi. Selanjutnya model structural didasarkan atas covariances antara variabel exogen,variabel antara, dan variabel endogen.
Oleh karenanya model structural ini juga sering disebut covariance structure modeling. Disana juga dikatakan bahwa “ Now days structural equation models need not be linear, and the possibilities of SEM extend well beyond the original Lisrel program”.
Variabel eksogen (exogenous) adalah variabel yang tidak ada anak panah mengarahnya. Jika dua varaibel eksogen berkorelasi di tunjukkan dengan panah dua arah.
Variabel endogen (endogenous) yang terdiri dari variabel antara dan variabel dependen. Variabel antara terdapat anak panah yang datang dan juga yang pergi. Sedangkan variabel dependen hanya terdapat panah yang datang menujunya.
Variabel LATENT adalah variabel yang diukur dengan indikator-indikator (item-tem atau butir-butir) nya, misalnya variabel kesejahteraan, kepuasan, partisipasi, pemahaman, dll. Cara klasik data variabel latent dengan menjumlahkan skor butir-butir yang valid dan reliable. Cara yang terbaik dalam SEM adalah di hitung dengan menggunakan metode confirmatory factor analysisis (CFA) . Dalam CFA dirancang sedemikian rupa agar setiap butir/item menyumbang (Loading) kepada satu variabel latent saja. Besaran sumbangan ini biasa disebut LOADING yang berbeda beda sesuai dengan derajat variabilitas dan tingkat korelasi terhadap item item yang lainnya. Hox dan Bechger (2002) menyebutkan CFA confirmatory (restricted) factor analysis menjamin bahwa setiap item hanya akan memberikan loading kepada satu variabel latent saja .
Path coefficient/ path weight
pada umumnya adalah koefisien regresi yang distandarkan (artinya regresi dimana semua variabelnya dalam bentuk z-score).
Disturbance terms adalah residual error yang besarannya sama dengan(1 - R2). Dia mengukur sisa pengaruh faktor lain kepada suatu variabel exogen.
Significance and Goodness of Fit. Testing setiap koefisien dengan t-tes atau F-test. Sedangkan untuk test kecocokan suatu model dengan jika Chi-square dg P > 0.05 dan RMSEA < 0.05. Hox dan Bechger (2002) menyebutkan Goodness of fit (Tuna Cocok) dengan chi squared dengan p-value lebih besar dari 0.05 persen baru dikatakan model SEM cocok pada data empiris.
LANGKAH-LANGKAH PATH ANALYSIS
Menurut Ferdinand (2006), ada
tujuh langkah yang harus dilakukan untuk menyiapkan analisis jalur, yaitu:
1. Pengembangan Model Teoritis
Dalam SEM, hal yang harus
dilakukan adalah melakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka
guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang dikembangkan. SEM
digunakan bukan untuk menghasilkan sebuah model, tetapi digunakan untuk
mengkonfirmasi model teoritis tersebut melalui data empirik.
2. Pengembangan Path Diagram atau diagram alur
Dalam langkah kedua ini, model
teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama akan digambarkan dalam sebuah path
diagram, yang akan mempermudah untuk melihat hubungan-hubungan kausalitas
yang ingin diuji. Dalam diagram alur, hubungan antar konstruk akan dinyatakan
melalui anak panah. Anak panah yang lurus menunjukkan sebuah hubungan kausal
yang langsung antara satu konstrak dengan konstrak lainya. Sedangkan garis-garis
lengkung antar konstruk dengan anak panah pada setiap ujungnya menunjukkan
korelasi antar konstruk. Konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat
dibedakan dalam dua kelompok, yaitu:
a. Exogenous constructs atau
konstruk eksogen
Dikenal juga sebagai source
variables atau independent variables yang tidak diprediksi oleh variabel lain
dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan
satu ujung panah.
b. Endogenous construct atau
konstruk endogen
Merupakan faktor-faktor yang
diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi
satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk endogen hanya
dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen.
3. Konversi diagram alur ke
dalam persamaan struktural dan model pengukuran
Persamaan yang didapat dari
diagram alur yang dikonversi terdiri dari:
• Structural Equation atau
persamaan struktural
Dirumuskan untuk menyatakan
hubungan kausalitas antar berbagai konstruk. Rumus yang dikembangkan adalah:
Variabel endogen = variabel
eksogen + variabel endogen + error
4. Memilih matrik input dan
estimasi model.
Pada penelitian ini matrik
inputnya adalah matrik kovarian atau matrik korelasi. Hal ini dilakukan karena
fokus SEM bukan pada data individual, tetapi pola hubungan antar responden.
Dalam hal ini ukuran sampel memegang peranan penting untuk mengestimasi
kesalahan sampling. Untuk itu ukuran sampling jangan terlalu besar karena akan
menjadi sangat sensitif sehiungga akan sulit mendapatkan ukuran goodness of
fit yang baik, setelah model dibuat dan input data dipilih, maka dilakukan
analisis model kausalitas dengan teknik estimasi yaitu teknik estimasi model
yang digunakan adalah Maximum Likehood Estimation Method. Teknik
ini dipilih karena ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kecil (100-200 responden).
5. Menganalisa kemungkinan
munculnya masalah identifikasi
Problem identifikasi pada
prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan model yang dikembangkan
menghasilkan estimasi yang unik. Bila setiap kali estimasi dilakukan muncul
problem identifikasi, maka sebaiknya model dipertimbangkan ulang dengan
mengembangkan lebih banyak konstruk. Disebutkan oleh Ferdinand (2006), beberapa
indikasi problem identifikasi:
a. Standard error untuk
satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.
b. Program tidak mampu
menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.
c. Munculnya angka-angka yang
aneh seperti adanya varians error yang negatif.
d. Munculnya korelasi yang
sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat (misalnya lebih dari 0,9)
6. Evaluasi kriteria goodness of
fit
Pada tahap ini dilakukan
pengujian terhadap kesesuaian model terhadap berbagai kriteria goodness of
fit. Disebutkan oleh Ferdinand (2006), beberapa indeks kesesuaian dan cut
of value untuk menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak
antara lain:
a. X² - Chi-Square statistik,
di mana model dipandang baik atau memuaskan bila nilai Chi-Square-nya
rendah. Semakin kecil nilai Chi-Square, semakin baik model itu dan
diterima berdasarkan probabilitas dengan cutoff value sebesar
p>0.05 atau p>0.10.
b. RMSEA (The Root Mean
Square Error of Approximation), yang menunjukkan goodness of fit yang
diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil
atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang
menunjukkan close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom.
c. GFI (Goodness of fit Index),
adalah ukuran non statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor
fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam
indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.
d. AGFI (Adjusted Goodness of
Fit Index), di mana tingkat penerimaan yang direkomendasiakan adalah bila
AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90.
e. CMIN/DF, adalah The
Minimum Sample Discrepancy Function yang dibagi dengan Degree of Freedom.
CMIN/DF tidak lain adalah statistic Chi-Square, X² dibagi DF-nya,
disebut X² relatif. Bila nilai X² reltif kurang dari 2.0 atau 3.0 adalah indikasi
dari acceptable fit antara model dan data.
f. TLI (Tucker Lewis Index),
merupakan incremental index yang membandingkan sebuah model yang diuji
terhadap sebuah base line model, di mana nilai yang direkomendasikan
sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah ≥0.95 dan nilai yang
mendekati 1 menunjukkan a very good fit.
g. CFI (Comparative Fit Index),
di mana mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yan paling tinggi. Nilai yang
direkomendasikan adalah CFI ≥0.95
Dengan demikian indeks-indeks yang
digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model adalah seperti dalam tabel
berikut ini:
Tabel Good of Fit Index
untuk Evaluasi Model
Goodness OF fit index
|
Keterangan
|
Cut-off Value
|
Chi-square
|
Menguji
apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance
sampel (apakah model sesuai dengan data). Bersifat sangat sensitive
untuk sampel besar (di atas 200)
|
Diharapkan Kecil
|
Probability
|
Uji signifikansi terhadap
perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang
diestimasi
|
³ 0,05
|
RMSEA
|
Mengkompensasi kelemahan Chi-Square
pada sample besar
|
£ 0,08
|
GFI
|
Menghitung proporsi tertimbang
varians dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covariance
populasi yang diestimasi (analog dengan R2 dalam regresi berganda)
|
³ 0,90
|
AGFI
|
GFI yang disesuaikan terhadap
DF
|
³ 0,90
|
CMIND/DF
|
Kesesuaian antara data dan
model.
|
£ 2,00
|
TLI
|
Pembandingan antara model yang
diuji terhadap base line model
|
³ 0,95
|
CFI
|
Uji kelayakan model yang tidak
sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model
|
³ 0,94
|
Sumber: Ferdinand, A. (2002)
7. Interpretasi dan Modifikasi
Model
Tahap akhir ini adalah melakukan
interpretasi dan modifikasi bagi model-model yang tidak memenuhi syarat-syarat
pengujian. Hair et. al. (dalam Ferdinand, 2006) memberikan pedoman untuk
mempertimbangkan perlu tidaknya modifikasi model dengan melihat jumlah residual
yang dihasilkan oleh model tersebut. Batas keamanan untuk jumlah residual
adalah 5%. Bila jumlah residual lebih besar dari 2% dari semua residual
kovarians yang dihasilkan oleh model, maka sebuah modifikasi perlu
dipertimbangkan. Bila ditemukan bahwa nilai residual yang dihasilkan model
cukup besar (yaitu ≥2.58) maka cara lain dalam memodifikasi adalah dengan
mempertimbangkan untuk menambah sebuah alur baru terhadap model yang diestimasi
itu. Nilai residual value yang lebih besar atau sama dengan ± 2.58
diinterpretasikan sebagai signifikan secara statistik pada tingkat 5%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar