Untuk menghasilkan instrumen survei yang baik, setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, instrumen survei sebaiknya disusun berdasarkan landasan teori yang tepat. Langkah ini bisa dimulai dengan melakukan studi pustaka untuk menentukan sejumlah variabel penelitian yang akan dikaji. Perlu diingat bahwa variabel ada yang terukur dan ada variabel yang tidak terukur. Kita dapat dengan mudah menilai suatu variabel jika variabelnya terukur. Sebagai contoh, variabel berat badan balita, kita dapat mengukurnya dengan mudah dengan cara menimbangnya. Tetapi, untuk variabel yang tidak terukur, kita masih membutuhkan sejumlah indikator untuk mengukurnya. Sebagai contoh, untuk mengukur variabel derajat rumah sehat berpendapat, kita membutuhkan sejumlah indikator yang dapat menggambarkan derajat rumah sehat itu sendiri. Misalnya, jenis dinding, luas lantai dan jenis atap. Instrumen survei yang disusun berdasarkan kerangka acuan yang jelas atau landasan teori yang tepat akan menghasilkan instrumen survei yang memenuhi kriteria validitas logis.
Selanjutnya, instrumen survei tidak cukup hanya memenuhi kriteria validitas logis. Instrumen survei juga harus valid secara empiris (validitas empiris). Pada tahap inilah perlunya instrumen survei diujicobakan sebelum digunakan untuk penelitian sesungguhnya. Berdasarkan uji coba instrumen ini, validitas empiris akan tinggi jika:
a. Sasaran survei yang diteliti sudah sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Pertanyaan yang disusun dalam instrumen survei mempunyai alur yang baik.
a. Sasaran survei yang diteliti sudah sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Pertanyaan yang disusun dalam instrumen survei mempunyai alur yang baik.
Instrumen dengan validitas empiris yang baik dapat mengidentifikasi variasi jawaban responden disebabkan oleh struktur pertanyaan yang difahami oleh responden. Hal ini bisa diketahui dari keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain atau antara indikator yang satu dengan indikator yang lain yang disusun dalam instrumen survei. Sebaliknya, jika instrumen survei tidak difahami oleh responden akan menghasilkan variasi jawaban responden yang tidak menunjukkan keterkaitan antar variabel atau indikator yang diteliti. Dalam hal ini, variasi data dihasilkan dari ketidakmengertian responden terhadap maksud pertanyaan yang dinyatakan dalam instrumen survei.
Mengukur Validitas Empiris
Untuk mengetahui tingkat validitas empiris instrumen survei, ada dua cara yang dapat digubakan. Pertama, mengukur keterkaitan variabel penelitian dengan variabel lain yang dijadikan sebagai validator. Misalnya, untuk mengukur prestasi belajar pada mata pelajaran IPA seorang guru bisa mengukur keterkaitan nilai ulangan IPA dengan rata-rata nilai raportnya. Dalam hal ini, rata-rata nilai raport dijadikan sebagai validator. Dengan cara seperti ini, peneliti mengukur validitas eksternal dari instrumen survei.
Cara yang kedua adalah dengan mengkaji jawaban setiap item pertanyaan yang diajukan dalam instrumen survei. Validitas yang dihasilkan dengan cara ini dinamakan validitas internal. Perlu diketahui bahwa instrumen survei mungkin saja disusun berdasarkan beberapa faktor (variabel) yang masing-masing faktor (variabel) itu diukur lebih lanjut oleh beberapa indikator. Karena itu, validitas internal bisa diketahui dengan cara:
a. Mengukur keterkaitan antar faktor atau variabel.
b. Mengukur keterkaitan antar indikator.
b. Mengukur keterkaitan antar indikator.
Validitas internal akan diperoleh apabila peneliti menemukan keterkaitan baik antar faktor dengan faktor, indikator dengan indikator maupun indikator dengan faktor.
Karena validitas hanya diukur dari keterkaitan antar faktor atau antar indikator maka metode statistik yang digunakan cukup analisis korelasi. Pembaca tinggal mengkorelasikan setiap butir pertanyaan dalam survei atau mengkorelasikan jumlahan beberapa butir pertanyaan dalam instrumen survei sebagai gambaran faktor atau indikator yang diukur. Silahkan gunakan korelasi Pearson apabila variabel yang diukur dengan skala kontinyu dan gunakan korelasi Spearman apabila variabel diukur dengan skala ordinal. Jadi, mengukur validitas instrumen survei sesungguhnya mudah bukan?
Sumber Pustaka
Arikunto Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar