24 Desember 2015

CARA FORMAL DAN INFORMAL PENEMUAN MASALAH

DALAM kehidupan sehari-hari kita menghindari masalah tapi dalam penelitian kita mencoba menemukan masalah baik secara formal maupun informal.

Cara-cara Formal 
Cara-cara formal (menurut metodologi penelitian) dalam rangka menemukan permasalahan[1]) dapat dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini:

1. Rekomendasi suatu riset. 
 Biasanya, suatu laporan penelitian pada bab terakhir memuat kesimpulan dan saran. Saran (rekomendasi) umumnya menunjukan kemungkinan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang berkaitan dengan kesimpulan yang dihasilkan. Saran ini dapat dikaji sebagai arah untuk menemukan permasalahan.
     2. Analogi  
     adalah suatu cara penemuan permasalahan dengan cara “mengambil” pengetahuan dari bidang ilmu lain dan menerapkannya ke bidang yang diteliti. Dalam hal ini, dipersyaratkan bahwa kedua bidang tersebut haruslah sesuai dalam tiap hal-hal yang penting. Contoh permasalahan yang ditemukan dengan cara analogi ini, misalnya: “apakah Proses perancangan perangkat lunak komputer dapat diterapkan pada proses perancangan huruf sunda kuno” 
      
      3. Renovasi. 
      Cara renovasi dapat dipakai untuk mengganti komponen yang tidak cocok lagi dari suatu teori. Tujuan cara ini adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kemantapan suatu teori. Misal suatu teori menyatakan “ada korelasi yang signifikan antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya” dapat direnovasi menjadi permasalahan “seberapa korelasi antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya dengan tingkat pendidikan penghuni yang berbeda”. Dalam contoh di atas, kondisi yang “umum” diganti dengan kondisi tingkat pendidikan yang berbeda.
      4. Dialektik, 
    dalam hal ini, berarti tandingan atau sanggahan. Dengan cara dialektik, peneliti dapat mengusulkan untuk menghasilkan suatu teori yang merupakan tandingan atau sanggahan terhadap teori yang sudah ada.
     5. Ekstrapolasi 
     adalah cara untuk menemukan permasalahan dengan membuat tren (trend) suatu teori atau tren permasalahan yang dihadapi.
     6. Morfologi 
   adalah suatu cara untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan kombinasi yang terkandung dalam suatu permasalahan yang rumit, kompleks.

7. Dekomposisi  
       merupakan cara penjabaran (pemerincian) suatu permasalahan ke dalam komponen-komponennya.
     8. Agregasi 
     merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara agregasi, peneliti dapat mengambil hasil-hasil peneliti atau teori dari beberapa bidang (beberapa penelitian) dan “mengumpulkannya” untuk membentuk suatu permasalah yang lebih rumit, kompleks.

b). Cara-cara Informal
 
Cara-cara informal (subyektif) dalam rangka menemukan permasalahan dapat dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini:

1. Konjektur (naluriah). 
Seringkali permasalahan dapat ditemukan secara konjektur (naluriah), tanpa dasar-dasar yang jelas. Bila kemudian, dasar-dasar atau latar belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian dapat diteruskan secara alamiah. Perlu dimengerti bahwa naluri merupakan fakta apresiasi individu terhadap lingkungannya. Naluri, menurut Buckley, dkk., (1976, 19), merupakan alat yang berguna dalam proses penemuan permasalahan. 

2. Fenomenologi.  Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan fenomena (kejadian, perkembangan) yang dapat diamati. Misal: fenomena pemakaian komputer sebagai alat bantu analisis dapat dikaitkan untuk mencetuskan  permasalahan – misal: seperti apakah pola dasar pendaya – gunaan komputer dalam proses perancangan arsitektural. 

3. Konsensus juga merupakan sumber untuk mencetuskan permasalahan. Misal, terdapat konsensus bahwa bahasa inggeris diakui sebagai bahasa yang wajib dipelajari diberbagai jenajng pendidikan di indonesia (misal hal ini merupakan konsensus nasional). 

4. Pengalaman. Tak perlu diragukan lagi, pengalaman merupakan sumber bagi permasalahan. Pengalaman kegagalan akan mendorong dicetuskannya permasalahan untuk menemukan penyebab kegagalan tersebut. Pengalaman keberhasilan juga akan mendorong studi perumusan sebab-sebab keberhasilan. Umpan balik dari klien, misal, akan mendorong penelitian untuk merumuskan kesulitan dalam menterjemahkan handbook mesin industri dan peristilahan mesin dalam bahasa inggeris di Industri elektronik.

c). Pengecekan Hasil Penemuan Permasalahan

Permasalahan yang telah ditemukan selalu perlu dicek apakah permasalahan tersebut dapat (patut) untuk diteliti (researchable). Pengecekan ini, biasanya, didasarkan pada tiga hal: (i) faedah, (ii) lingkup, dan (iii) kedalaman. Pengecekan faedah ditelitinya suatu permasalahan dikaitkan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan atau penerapan pada praktek (pembangunan). 

Ditanyakan: apakah penelitian atas permasalahan tersebut akan berfaedah untuk ilmu pengetahuan, misal dapat merevisi, memperluas, memperdalam pengetahuan yang ada, atau menciptakan pengetahuan baru. Dicek pula: apakah penelitian tersebut mempunyai aplikasi teoritikal dan atau praktikkal. Suatu penelitian agar dapat diterima oleh pemberi dana atau pemberi “nilai’ perlu mempunyai faedah yang jelas (penjelasan faedah diharapkan bukan hanya bersifat “klise”).

Peneliti yang belum berpengalaman sering mencetuskan permasalahan yang berlingkup terlalu luas, yang memerlukan masa penelitian yang sangat lama (di luar jangkauan). Misal: penelitian untuk “menemukan cara terbaik pelaksanaan pembangunan rumah tinggal” akan memerlukan waktu yang “tak terhingga” karena harus membandingkan semua kemungkinan cara pelaksanaan pembangunan rumah tinggal. Lingkup penelitian, biasanya, cukup sempit, tapi diteliti secara mendalam. 

Faktor kedalaman penelitian juga merupakan salah satu yang perlu dicek. Penelitian, bukan sekedar mengumpulkan data, menyusunnya dan memprosesnya untuk mendapatkan hasil, tetapi diperlukan pula adanya interpretasi (pembahasan) atas hasil. Penelititan perlu dapat menjawab: apa “arti” semua fakta yang terkumpul. 

Dengan pengertian ini, suatu pengukuran kemiringan menara pemancar teve belum dianggap mempunyai kedalaman yang cukup (hanya merupakan pengumpulan data dan pelaporan hasil pengukuran). Tetapi, penelitian tentang “pengaruh kemiringan menara pemancar teve  terhadap kualitas siaran” merupakan penelitian karena memerlukan interpretasi tehadap persepsi pirsawan atas kualitas siaran yang dipengaruhi oleh kemiringan.

Indikasi permasalahan yang belum merupakan permasalahan penelitian ditunjukkan oleh Leedy (1997: 46-48), yaitu:
  1. Bersifat hanya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk mengerti lebih banyak tentang suatu topik;
  2. Jawabnya ya atau tidak; pembandingan dua set data tanpa intepretasi;
  3. Pengukuran koefisien korelasi antara dua set data.



[1] Bukley dkk., (1976:16-27)

20 Desember 2015

RESENSI BUKU (NEW)


Buku     : Metodologi Riset
Penulis  : Ahmad Kurnia, SPd, MM.
Penerbit: Reconiascript Publishing
Tahun    : 2015
Hal.       : 212 Hal.
Harga    : Rp. 80.000,-(belum Ongkir)

Sebuah hasil dokumentasi blog sejak tahun 2007 yang disunting penulis sehingga menghasilkan karya yang lebih sederhana mudah dipraktekan dalam penelitian. Secara khusus untuk mahasiswa tingkat akhir jurusan
bahasa yang sebenarnya  tidak begitu jauh berbeda dengan penelitian lainnya seperti pendidikan, manajemen dan komunikasi, tapi lebih dekat pada pola komunikasi dalam berbahasa. Penyajian penelitian lebih bersifat kualitatif, tapi secara umum semua penelitian adalah standar mencari jawaban dari sebuah masalah dan fenomena yang sering terjadi dalam komunikasi bahasa. 

Paradigma penelitian bahasa sebagian ahli beranggapan lebih tepat menggunakan metode kualitatif tapi tidak menutup kemungkinan metode kuantitatif dapat dijadikan sebagai dasar acuan dalam analisa datanya. Dikhotomi ini terjadi sebagai suatu hal yang wajar dalam penelitian, karena mencari kebenaran juga membutuhkan adanya suatu pilihan yang paling mudah, fleksibel dan dapat dianalisis secara transparan.

Begitu juga ketentuan dalam penulisan adalah membuat skema penulisan untuk memudahkan penelitian. Suatu penelitian selalu diawali dengan suatu masalah. Banyak para peneliti yang mengalami hambatan dalam memilih masalah dan merumuskan masalah yang akan diteliti. Bahkan ada yang memulai penelitian dengan mencari judul dulu kemudian dicari masalahnya. Sehingga saat ditanya tentang masalah sebenarnya dari judul tersebut calon peneliti  tidak bisa memahaminya dengan baik. Semoga bermanfaat.

INFO & PESANAN
Ahmad Kurnia
SMS/WA 081314492571
Email : ahmadkurnia@gmail.com

DISAIN PENELITIAN

DISAIN penelitian dilakukan setelah hipotesa dikembangkan. Merancang riset berarti menentukan jeni risetnya, menentukan data yang akan digunakan dan merancang model empiris untuk menguji hipotesa secara statistic. Perancangan riset adalah proses memikirkan dan mempersiapkan riset yang aka dilakukan.

Faktor yang harus diperhatikan.
Riset yang baik perlu dirnacang aktifitas dan sumber dayanya dengan baik. Rancangan riset atau disain riset adalah rencana dari struktur riset yang mengarahkan proses dan hasil riset sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien dan efektif. Cooper dan Schinder (2001) menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain riset sebagai berikut :
1.      Disain riset adalah perencanaan aktifitas dan waktu
2.      Disain riset didasarkan pada pertanyaan atau topik riset
3.      Disain riset mengarahkan ke pemilihan sumber-sumber daya dan tipe informasi yang diperlukan
4.      Disain riset merupakan suatu kerangka untuk menunjukan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti
5.      Disain riset menggariskan langkah-langkah untuk setiap aktifitas riset

Karakteristik
secara umum yang diperlukan dalam rancangan riset adalah karkateristik dari risetnya sebagai berikut :
1.   Menentukan jenis dari risetnya, apakah : a). Riset eksplorasi (exploratory research) atau b). riset pengujian hipotesis (hypothesis testing)
2.      Jika risetnya adalah pengujian hipotesis apakah : a). deskriptif (descriptive) atau b). riset kausal (causal)
3.    Menentukan dimensi waktu riset, apakah : a). melibatkan satu waktu tententu dengan banyak sample (cross sectional) atau b). melibatkan urutan waktu (time series) atau c). gabungan keduanya (panel data atau pooled data)
4.     Menentukan kedalaman risetnya, apakah : a). mendalam tetapi hanya melibatkan satu objek saja (studi kasus) atau b). kurang mendalam akan tetapi generalisasinya tinggi (studi statistic)
5.      Menentukan metode pengumpulan datanya, apakah : a). Kontak langsung (misalkan wawancara) atau b). Tidak langsung (misalkan observasi, arsip, analitikal)
6.      Menentukan lingkungan risetnya, apakah settingnya : a) lingkungan noncontrived setting yaitu lingkungan riil (field setting) atau b).lingkungan pengaturan artifisial yang meliputi eksperimen di laboratorium (laboratory research) atau lewat simulasi (simulation).
7.      Menentukan unit analisisnya (unit of analysis) apakah : a). individual b). dyads yaitu grup dari beberapa pasangan data, misalnya penelitian yang melibatkan suami isteri, c). Grup dan d). Organisasi, instansi, industri, pasar modal, negara.
8.      Menetukan model-model empiris besrta definisi variabelnya
9.      Menentukan sumber-sumber daya riset yang dibutuhkan, yaitu : a). menentukan waktu dimasing-masing kegiatan riset, b). Menetukan biaya sampai penyelesaian riset dan c). Menentukan personel yang terlibat

Contoh :
Misalkan riset yang akan dilakukan adalah riset yang akan melihat pengaruh dividen terhadap harga saham dipasar modal jakarta untuk beberapa periode. Karakteristik riset ini adalah sebagai berikut :
  1. Jenis dari risetnya adalah pengujian hipotesis
  2. Risetnya adalah riset kausal
  3. Dimensi waktunya adalah melibatkan banyak waktu tententu dengan banyak sampel (pooled data)
  4. Kedalaman risetnya adalah kurang mendalam, tetapi dengan generalisasi yang tinggi (studi statistik)
  5. Metode pengumpulan datanya adalah tidak langsung berupa data arsip.
  6. Menetukan lingkungan risetnya adalah lingkungan riel (fied setting)
  7. Unit analisisnya adalah beberapa perusahaan dipasar modal
  8. Menetukan model empiris berserta definisi variabelnya
  9. Menentukan sumber-sumber daya riset yang dibutuhkan
Setelah karakteristik riset ditentukan, langkah selanjutnya dari disain riset adalah merancang sampel data yang akan dikumpulkan yaitu sebagai berikut :
  1. Merancang pengukuran dari variabel yang akan digunakan untuk menangkap datanya
  2. Merancang metode pengambilan sampelnya dan teknik pengumpulan datanya dengan memperhatikan validitas dan reliabilitasnya
  3. Merancang model empirisnya

Tulisan Lainnya:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *