DALAM kehidupan sehari-hari kita menghindari masalah tapi dalam penelitian kita mencoba menemukan masalah baik secara formal maupun informal.
Cara-cara Formal
Cara-cara formal (menurut
metodologi penelitian) dalam rangka menemukan permasalahan[1]) dapat dilakukan dengan
alternatif-alternatif berikut ini:
1. Rekomendasi suatu riset.
Biasanya,
suatu laporan penelitian pada bab terakhir memuat kesimpulan dan saran. Saran
(rekomendasi) umumnya menunjukan kemungkinan penelitian lanjutan atau
penelitian lain yang berkaitan dengan kesimpulan yang dihasilkan. Saran ini
dapat dikaji sebagai arah untuk menemukan permasalahan.
2. Analogi
adalah suatu cara
penemuan permasalahan dengan cara “mengambil” pengetahuan dari bidang ilmu lain
dan menerapkannya ke bidang yang diteliti. Dalam hal ini, dipersyaratkan bahwa
kedua bidang tersebut haruslah sesuai dalam tiap hal-hal yang penting. Contoh
permasalahan yang ditemukan dengan cara analogi ini, misalnya: “apakah Proses
perancangan perangkat lunak komputer dapat diterapkan pada proses perancangan
huruf sunda kuno”
3. Renovasi.
Cara renovasi dapat dipakai untuk
mengganti komponen yang tidak cocok lagi dari suatu teori. Tujuan cara ini
adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kemantapan suatu teori. Misal suatu
teori menyatakan “ada korelasi yang signifikan antara arah pengembangan
bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan
rumah asal penghuninya” dapat direnovasi menjadi permasalahan “seberapa
korelasi antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan
sub – inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya dengan tingkat
pendidikan penghuni yang berbeda”. Dalam contoh di atas, kondisi yang “umum”
diganti dengan kondisi tingkat pendidikan yang berbeda.
4. Dialektik,
dalam hal ini, berarti tandingan
atau sanggahan. Dengan cara dialektik, peneliti dapat mengusulkan untuk
menghasilkan suatu teori yang merupakan tandingan atau sanggahan terhadap teori
yang sudah ada.
5. Ekstrapolasi
adalah cara untuk menemukan
permasalahan dengan membuat tren (trend) suatu teori atau tren
permasalahan yang dihadapi.
6. Morfologi
adalah suatu cara untuk mengkaji
kemungkinan-kemungkinan kombinasi yang terkandung dalam suatu permasalahan yang
rumit, kompleks.
7. Dekomposisi
merupakan cara penjabaran
(pemerincian) suatu permasalahan ke dalam komponen-komponennya.
8. Agregasi
merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara
agregasi, peneliti dapat mengambil hasil-hasil peneliti atau teori dari
beberapa bidang (beberapa penelitian) dan “mengumpulkannya” untuk membentuk
suatu permasalah yang lebih rumit, kompleks.
b). Cara-cara Informal
Cara-cara informal (subyektif) dalam rangka menemukan permasalahan dapat
dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini:
1. Konjektur (naluriah).
2. Fenomenologi. Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan fenomena (kejadian, perkembangan) yang dapat diamati. Misal: fenomena pemakaian komputer sebagai alat bantu analisis dapat dikaitkan untuk mencetuskan permasalahan – misal: seperti apakah pola dasar pendaya – gunaan komputer dalam proses perancangan arsitektural.
3. Konsensus juga merupakan sumber untuk mencetuskan permasalahan. Misal, terdapat konsensus bahwa bahasa inggeris diakui sebagai bahasa yang wajib dipelajari diberbagai jenajng pendidikan di indonesia (misal hal ini merupakan konsensus nasional).
4. Pengalaman. Tak perlu diragukan lagi, pengalaman merupakan sumber bagi permasalahan. Pengalaman kegagalan akan mendorong dicetuskannya permasalahan untuk menemukan penyebab kegagalan tersebut. Pengalaman keberhasilan juga akan mendorong studi perumusan sebab-sebab keberhasilan. Umpan balik dari klien, misal, akan mendorong penelitian untuk merumuskan kesulitan dalam menterjemahkan handbook mesin industri dan peristilahan mesin dalam bahasa inggeris di Industri elektronik.
c). Pengecekan Hasil Penemuan Permasalahan
Permasalahan yang telah ditemukan selalu perlu dicek apakah permasalahan tersebut dapat (patut) untuk diteliti (researchable). Pengecekan ini, biasanya, didasarkan pada tiga hal: (i) faedah, (ii) lingkup, dan (iii) kedalaman. Pengecekan faedah ditelitinya suatu permasalahan dikaitkan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan atau penerapan pada praktek (pembangunan).
Permasalahan yang telah ditemukan selalu perlu dicek apakah permasalahan tersebut dapat (patut) untuk diteliti (researchable). Pengecekan ini, biasanya, didasarkan pada tiga hal: (i) faedah, (ii) lingkup, dan (iii) kedalaman. Pengecekan faedah ditelitinya suatu permasalahan dikaitkan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan atau penerapan pada praktek (pembangunan).
Ditanyakan: apakah penelitian atas permasalahan tersebut akan berfaedah untuk ilmu pengetahuan, misal dapat merevisi, memperluas, memperdalam pengetahuan yang ada, atau menciptakan pengetahuan baru. Dicek pula: apakah penelitian tersebut mempunyai aplikasi teoritikal dan atau praktikkal. Suatu penelitian agar dapat diterima oleh pemberi dana atau pemberi “nilai’ perlu mempunyai faedah yang jelas (penjelasan faedah diharapkan bukan hanya bersifat “klise”).
Peneliti yang belum berpengalaman sering mencetuskan permasalahan yang berlingkup terlalu luas, yang memerlukan masa penelitian yang sangat lama (di luar jangkauan). Misal: penelitian untuk “menemukan cara terbaik pelaksanaan pembangunan rumah tinggal” akan memerlukan waktu yang “tak terhingga” karena harus membandingkan semua kemungkinan cara pelaksanaan pembangunan rumah tinggal. Lingkup penelitian, biasanya, cukup sempit, tapi diteliti secara mendalam.
Faktor kedalaman penelitian juga merupakan salah satu yang perlu dicek. Penelitian, bukan sekedar mengumpulkan data, menyusunnya dan memprosesnya untuk mendapatkan hasil, tetapi diperlukan pula adanya interpretasi (pembahasan) atas hasil. Penelititan perlu dapat menjawab: apa “arti” semua fakta yang terkumpul.
Dengan pengertian ini, suatu pengukuran kemiringan menara pemancar teve belum dianggap mempunyai kedalaman yang cukup (hanya merupakan pengumpulan data dan pelaporan hasil pengukuran). Tetapi, penelitian tentang “pengaruh kemiringan menara pemancar teve terhadap kualitas siaran” merupakan penelitian karena memerlukan interpretasi tehadap persepsi pirsawan atas kualitas siaran yang dipengaruhi oleh kemiringan.
Indikasi permasalahan yang belum merupakan permasalahan penelitian ditunjukkan oleh Leedy (1997: 46-48), yaitu:
- Bersifat hanya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk mengerti lebih banyak tentang suatu topik;
- Jawabnya ya atau tidak; pembandingan dua set data tanpa intepretasi;
- Pengukuran koefisien korelasi antara dua set data.