Oleh : Pinka Wima
Masuk
kuliah itu susah, tapi lulusnya lebih susah lagi. Alasannya? Apalagi
kalau bukan skripsi. Banyak mahasiswa yang kelulusannya mesti tertunda
karena tak kunjung menyelesaikan tanggungan satu ini. Nggak jarang, ada
juga yang akhirnya menyerah lalu drop-out alias DO. Duh, sebenarnya semenyeramkan apa sih skripsi itu?
Kalau kamu adalah mahasiswa yang masih belum mencicip pahit-manisnya
skripsi, artikel ini mungkin bisa sedikit memberitahumu. Sementara kalau
kamu sedang skripsi? Semangaaaat! Kisah hidupmu mungkin tertulis di
bawah ini!
1. Skripsi adalah arena pertarungan di mana kapasitas intelektual DAN kecerdasan emosionalmu diuji
Sebenarnya skripsi tidaklah menyeramkan. Skripsi hanya salah satu
kenyataan yang harus diterima mahasiswa. Cuma memang, kemampuan
para mahasiswa untuk menerima kenyataan ini tidaklah sama.
Beberapa mahasiswa menolak menerima kenyataan dengan segera. Mereka
memilih bersantai, malas-malasan di kamar kost atau mencari kesibukan
baru yang gak ada hubungannya sama skripsi. Nah, karena itu skripsi
sebenarnya gak cuma menuntut kapasitas intelektual yang tinggi (ceile).
Dibutuhkan juga kecerdasan emosional yang mumpuni. Kamu akan disambut
dengan roller coaster emosi yang hanya bisa dihadapi dengan motivasi tinggi dan kepercayaan diri. Sudahkah kamu memiliki kedua hal ini?
2. Mengerjakan skripsi membutuhkan fokus tak terbagi, sementara kamu akan bertemu banyak distraksi
Sebagai mahasiswa tingkat akhir, kamu memang sudah tak diwajibkan
untuk memasuki banyak kelas lagi. Bahkan mungkin tanggung jawab
akademikmu tinggallah skripsi. Justru ini tantangannya: bisakah kamu
fokus mengerjakan SATU HAL sementara di sisi lain kamu punya begitu
banyak waktu luang?
Kalau kamu termasuk mahasiswa yang mudah fokus, beruntunglah kamu.
Waktu luang ini bisa kamu manfaatkan sepenuhnya untuk skripsi. Cukup
setengah atau satu semester, insya Allah skripsimu jadi! Tapi kalau kamu
susah fokus? Waaah… bisa-bisa kamu bakal mainan Facebook, Twitter,
Youtube. Belom lagi kumpulan film baru dan serial TV yang ada di hardisk
dan menunggu untuk ditonton. Makanya, skripsi itu bisa dibilang ujian
iman. Apakah imanmu cukup kuat agar tak tergoda oleh distraksi?
3. Supaya bisa lebih fokus, nggak jarang kamu akan mengurung diri di kamar dan banyak menghabiskan waktu sendirian
“Pin, besok sore ada reuni SMA sekalian buka puasa bareng. Lo ikut?”
“Sori nggak bisa nih, mau ngelarin Bab II dulu.”
“Pin, weekend ini ikut anak-anak ke Semarang ya!”
“Waaa pengeeen… tapi weekend ini aku harus ngetik transkrip wawancara buat skripsi T__T”
“Pin, makan malem aja deh yuk. ”
“Aku tadi udah delivery sih, soalnya harus ngerjain revisi malem ini.”
“AH ELAH! Ya udah, mandi dulu sana! Bau lo udah kayak manusia gua!”
5. Tapi ada juga yang lebih memilih mengerjakan di luar, bareng-bareng teman
Mahasiswa tua /
Mengerjakan skripsi bersama /
Walau lulusnya beda-beda /
Ada juga dari kamu yang gak tahan sendirian di kamar dan lebih
memilih meng-skripsi di luar bersama teman-teman. Sebenarnya ada banyak
manfaat yang kamu dapat dari mengerjakan skripsi bareng. Kalian bisa
saling mengomentari kasus masing-masing, memberi pencerahan dan ide mau
dibawa kemana pembahasan skripsi temanmu, hingga membaca draf skripsi
temanmu dan memperbaiki typo.
Tapi kamu harus tetap ingat, di akhir hari skripsi adalah kesunyian
masing-masing. Maksudnya, yang mengerti skripsimu dan seberapa sulit
tantangan yang kamu hadapi ya cuma kamu sendiri. Teman-temanmu hanya
bisa membantu menyemangati. Kunci berhasil-tidaknya kamu skripsi
tetap ada di tanganmu sendiri.
6. Tantangan mengerjakan skripsi memang tak pernah pasti. Misalnya, dosen pembimbing yang perfeksionis atau sulit ditemui.
Tak semua mahasiswa cukup beruntung punya dosen pembimbing yang bisa
ditemui setiap saat. Mungkin saja beliau sangat sibuk sehingga hanya ada
di kampus satu hari dalam seminggu. Bisa juga dia perfeksionis, dan
terus menyuruhmu merevisi draf sampai menurutnya pekerjaanmu sempurna.
Bapak, Ibu, saya ini baru S-1~
Sebaliknya, kamu bisa juga yakin banget sama hasil kerjamu dan ingin
buru-buru memperlihatkannya ke beliau. Sayangnya, tanggapan beliau belum
tentu sesuai dengan harapan.
Kamu sebelum bimbingan:
Kamu setelah bimbingan:
7. Topik skripsi yang kamu garap juga bisa lebih sulit dari yang kamu kira
Kata kakak kelas, cari topik skripsi yang mudah-mudah saja. Tak perlu
ngotot menghasilkan sesuatu yang tinggi, karena kamu masih ada di
tingkat sarjana.
Karena itu kamu sengaja memilih topik skripsi yang punya banyak data,
sudah jelas arahnya seperti apa, dan hipotesisnya pun logis. Sayang
beribu sayang, belum tentu ini jaminan skripsimu gampang! Bisa jadi kamu
disarankan dipaksa dosen untuk ganti teori, membongkar studi kasus, atau bahkan mengubah arah pertanyaan. Hatimu pun otomatis bergumam…
“Oh Tuhan, kenapa aku kemarin milih topik ini?”
8. Data yang tadinya kamu pikir akan mudah didapatkan juga bisa saja… well… gak tersedia.
“Maaf, kami tidak bisa memberikan data yang Anda minta karena beberapa pertimbangan.”
Mungkin kamu pernah mendapat jawaban seperti itu dari narasumber yang
kamu incar. Padahal kalau nggak ada data, kamu mau mengolah apa?
Setengah panik dan setengah tertekan karena dikejar deadline,
kamu pun dipaksa memutar otak dan berburu narasumber atau
perusahaan yang lain. Kalau data tetap tak didapat, kamu benar-benar
bergantung pada belas kasihan dosen pembimbing atau mukjizat Tuhan
supaya skripsimu bisa selesai.
9. Hingga ada suatu masa di mana pertanyaan “Skripsinya udah sampai mana?” membuatmu lelah
Ketemu teman seangkatan di kampus:
"Gimana, udah sampai bab berapa?"
Ditanya Ayah di telepon:"Kapan rencana ketemu dosen pembimbing lagi?"
Di-Whatsapp teman lama: "Woy… bulan apa lo wisuda?"
HAHHH… AKU LELAH, LELAH MENGHADAPI SEMUA INI!
10. Sementara teman-temanmu mulai diwisuda satu per satu…
Ditinggal teman wisuda tidak kalah nyeseknya dibandingkan ditinggal
mantan menikah. Kamu berusaha berbesar hati dengan mengucapkan selamat
pada mereka. Toh juga kamu bahagia melihat mereka senyuman riang mereka.
Di sisi lain, kamu mulai diusik satu pertanyaan nakal: kamu kapan?
12. Semakin lama, semakin kamu ragu. “Bisakah aku melewati semua ini?”
Semakin lama waktu yang kamu butuhkan untuk menyelesaikan skripsi,
semakin rentan kamu galau pada kemampuan diri sendiri. Kamu sudah lelah
secara mental, tidak yakin pula pada masa depan.
“Apakah aku bisa sarjana?”
“Aku bakal lulus nggak ya?”
“Gimana kalau ternyata aku DO?”
14. Tapi ingat, kamu sudah sejauh ini. Jangan menghukum dirimu sendiri dengan menyerah lalu berhenti.
Ketika kamu merasa lelah, muak, dan tak yakin pada diri sendiri,
Ketika kamu capek mengetik ribuan kata dan revisi,
Ingat, kamu tak sendirian. Penderitaanmu sudah pernah dirasakan semua
mahasiswa di Indonesia yang wajib mengerjakan skripsi. Jika mereka
berhasil melewatinya, kamu pun juga. Tidak ada alasan untuk
berpikir bahwa kamu tidak mampu.
Mungkin sekarang kamu terseok-seok dan pengerjaan skripsimu mentok. Tapi badai ini pasti berakhir. Pasti. Janji.
15. Jangan putus asa, selama kamu memiliki mereka
Jadi ketika kamu merasa tak semangat, ketika jari-jarimu malas
digerakkan dan distraksi terlalu menggiurkan untuk dibiarkan,
ingatlah wajah mereka di otakmu dan bayangkan kerja keras mereka untuk
membiayai kuliahmu selama ini.
Jangan pernah bilang kamu tak punya motivasi. Bukankah ayah dan ibumu
adalah alasan yang sangat kuat untukmu menyelesaikan skripsi? Dan
jangan pernah merasa sendiri. Walau tak kamu dengar langsung, doa mereka
selalu mengiringi.
16. Karena percayalah… toga wisuda itu sudah tak sabar menunggumu :’)
Toga sudah menunggumu. Pahit-manis perjuangannmu mengerjakan skripsi
hari ini akan mengajarkanmu makna fokus, ketekunan, dan kesungguhan di
masa depan nanti. Segala kerja kerasmu akan terbayarkan ketika melihat
senyum orang tua, keluarga, dan teman-teman yang menyayangimu di hari
wisuda.
KAMU BISA!
Bagi kamu yang sudah selesai mengerjakan skripsi, selamat, semoga
pengalaman itu menempamu menjadi manusia yang lebih baik lagi. Sementara
bagimu yang belum: semangat! Nggak usah takut. Skripsi hanyalah
kenyataan, bukan momok yang menyeramkan!
Sumber : http://www.hipwee.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar