24 Oktober 2013

SKALA PENGUKURAN

Untuk mengukur variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian, dibutuhkan skala pengukuran  dan instrumen ( alat ) untuk mengukurnya. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan menentukan panjang-pendeknya interval dalam alat ukur. 

Contoh :

1. Penelitian pengaruh gizi  terhadap kenaikan berat badan  anak balita.
           
Variabel gizi  diukur dengan berat makanan yang dikonsumsi yang dikonversikan pada  standar gizi DEPKES,  adapun skalanya kalori.

2. Penelitian efektivitas kerja karyawan.

Variabel efektivitas diukur dengan questionare , skalanya skor yang ditetapkan oleh peneliti ( misalnya % )


MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN.

1.    Skala nominal ; yaitu skala yang diberikan pada objek sebagai label saja/ kode. Angka ini tidak dapat dioperasikan secara matematis ( kali, bagi, jumlah atau kurang ).

2.    Skala ordinal : yaitu skala yang diberikan pada objek yang dapat     memberikan arti rank/ tingkatan. Dengan jarak rentang yang tidak sama Skala ini dapat dioperasikan secara matematis .

3.    Skala Interval : yaitu skala yang sifatnya sama dengan skala ordinal, tetapi memiliki jarak rentang sama  , dan tidak memiliki titik nol absolut.

4.    Skala ratio : yaitu skala yang memiliki sifat skala nominal, interval dan ordinal. Skala ini dapat dioperasikan secara perkalian atau pembagian.
 

Untuk mengukur skala sikap, pendapat, karakter atau status sosial, biasanya digunakan skala interval. Adapun jenis skala interval yang sering digunakan adalah :

1.Skala Likert ; jawaban responden memiliki gradasi dari Sangat positif sampai sangat negatif. Skor tertinggi diberikan pada jawaban sangat positif.

 Menurut anda sistimatika mengajar dosen METPEN  

            SB = Sangat baik , skor : 5        KB = kurang baik , skor : 2
            B   = Baik                skor : 4         SKB = Sangat kurang baik, skor : 1
            S   = Sedang           skor : 3

           
2. Skala Guttman; jawaban hanya dua pilihan ya/tidak atau setuju/tidak setuju. Skor  1 untuk jawaban setuju ( ya ) dan 0 untuk tidak setuju (tidak)

Contoh :

Apakah anda setuju dengan kuliah sistim MCL ?

            1. ya    ( skor 1 )                                             2. tidak ( skor 0 )


3. Skala Semantik deferential; jawaban sama seperti Likert hanya dibuat  berlawanan. Skor tertinggi bagi yang sangat positif.

Contoh :

Gaya kepemimpinan manajer anda

            1. Bersahabat   ( 5 – 4 – 3 – 2 – 1 )  tidak bersahabat
            2. Tepat janji                                         ingkar  janji
            3. Sabar                                                 pemarah
            4. Perhatian                                          cuek
            5. demokratis                                        otoriter

Penggunaan skala nominal, ordinal,  dan ratio pada pengukuran sikap.

Contoh :

1.    Jenis kelamin anda      

1.    L
2.    P

Angka  1 pada L bukan berarti lebih rendah dari angka 2 pada P , itu hanya label/kode saja ; berarti skala yang digunakan skala nominal.

2 .   Urutkan prioritas anda mengenai buku yang akan dibeli.  1 untuk prioritas pertama, 2 prioritas berikutnya dst.

---------- Agenda / diary
---------- resep masakan
---------- text book kuliah
---------- novel / komik
---------- TTS

Setiap orang akan memberi no 1 – 2 – 3 – 4 – 5  pada pilihan yang berbeda, hal ini memberikan gambaran pada kita prioritas dari setiap orang dalam memilih buku. Skala yang digunakan adalah skala ordinal.

3.Berapa  outlet  yang anda kelola tahun ini ?

            -------------- dibawah 5
            -------------- antara  5 – 9
            -------------- lebih dari 10
           
Bila responden menjawab salah satu pilihan, maka memberi gambaran berapa jumlah outlet yang dia kelola, skala yang digunakan adalah ratio. 

Dengan memberi nilai angka pada sikap, pendapat dan karakter seseorang, maka data yang kualitatif dapat menjadi kwantitatif sehingga dapat diolah secara statistik.

Contoh :

Hasil  test  Toefl  4 orang  mahasiswa Sastra UBINUS


No
  N  a  m  a
semester
toefl
rank
  Hadiah
1
Ratna
4
430
3
Rp 250.000,-
2
Putri
4
500
1
Rp 750.000,-
3
Yulia
5
475
2
Rp 500.000,-
4
Santi
3
425
4
Rp 100.000,-

Keterangan :

·         angka 1,2,3,4 pada kolom nomor merupakan skala nominal. Karena angka ini hanya label peserta tidak memberi arti apa-apa.

·         Angka  4,4,5,3,  pada kolom semester  menunjukan tingkat sudah berapa lama belajar di UBINUS,  dan angka 3, 1 , 2 dan 4 menunjukan tingkat penguasaan toefl. Skala ini merupakan skala ordinal.

·         Angka 430, 500, 475, dan 425 pada kolom toefl merupakan skala interval. Karena skala ini memiliki jarak rentang nilai sama ( satu satuan )

·         Nilai Rp 250.000 , 750.000 , 500.000 dan 100.000 merupakan skala ratio. Karena angka ini dapat dijumlahkan ( total hadiah Rp 1.600.000)

INSTRUMEN  PENELITIAN
            Instrumen penelitian adalah alat untuk mengukur variabel penelitian. Untuk penelitian kualitatif , instrumen yang digunakan berupa questionare atau angket . Skala yang digunakan bisa salah satu dari keempat skala diatas atau kombinasi beberapa skala tergantung pada apa yang akan diukur..

            Suatu instrumen harus diuji RELIABILITAS ( ketetapan ) dan VALIDITAS
 ( ketepatan ) nya sebelum digunakan untuk pengukuran variabel.

Pengujian Reliabilitas :

1.    Test –retest yaitu mencoba instrumen beberapa kali pada responden sama dalam waktu berbeda. Hasil skor  dibandingkan apakah tetap/tidak. Kalau tetap maka instrumen dianggap reliabel.

2.    Double test - double Trial yaitu memberi pertanyaan yang equivalen pada responden sama pada saat bersamaan hanya satu kali. Bila responden menjawab tetap berarti instrumen reliabel. 

Pengujian Validitas :

1.    Analisis butir yaitu dengan menghitung skor butir ( X )  dikorelasikan dengan skor  total ( Y ) menggunakan rumus korelasi Pearson. Bila nilai validitasnya >= 0,3 maka instrumen dianggap valid.

2.    Analisis faktor ( validitas construct ) yaitu dengan mengkorelasikan skor item dalam satu  faktor dengan skor faktor total. Sama seperti analisis butir, bila hasil korelasinya >= 0,3 berarti instrumen valid.
LANGKAH PENYUSUSNAN INSTRUMEN
1.    Tentukan variabel-variabel penelitiannya.
2.    Tentukan sub variabel berdasarkan teori atau hasil penelitian terdahulu.
3.    Jabarkan sub variabel dalam indikator
4.    Jadikan sub indikator dalam butir-butir pertanyaan.

Contoh :

Variabel
Sub Variabel
indikator
No item
Kepuasan
Gaji
Gaji pokok, bonus
1, 6, 8

Promosi jabatan
Waktu , posisi
3, 5, 4, 7


CONTOH INSTRUMEN

Untuk mengukur variabel Kepuasan konsumen terhadap  barang X


  1. Seberapa sering  barang   X  mengalami kerusakan semenjak anda membeli  ?

Sangat sering       5 – 4 – 3 – 2 - 1     sangat jarang

  1. Seberapa sering anda komplain mengenai harga produk X  yang anda bayar ?

Sangat  sering      5 – 4 – 3 – 2 - 1     sangat jarang

3.    Seberapa sering anda merasa terganggu dengan iklan produk X saat menonton TV ?

Sangat sering       5 – 4 – 3 – 2 - 1     sangat  jarang

4.    Seberapa sering anda merasa kesal dengan pelayanan toko yang menjual produk X ?

Sangat sering       5 – 4 – 3 – 2 - 1     sangat jarang
nt-T�-l:�VLOsans-serif"'>Gaji

Gaji pokok, bonus
1, 6, 8

Promosi jabatan
Waktu , posisi
3, 5, 4, 7


CONTOH INSTRUMEN

Untuk mengukur variabel Kepuasan konsumen terhadap  barang X


  1. Seberapa sering  barang   X  mengalami kerusakan semenjak anda membeli  ?

Sangat sering       5 – 4 – 3 – 2 - 1     sangat jarang

  1. Seberapa sering anda komplain mengenai harga produk X  yang anda bayar ?

Sangat  sering      5 – 4 – 3 – 2 - 1     sangat jarang

3.    Seberapa sering anda merasa terganggu dengan iklan produk X saat menonton TV ?

Sangat sering       5 – 4 – 3 – 2 - 1     sangat  jarang

 

4.    Seberapa sering anda merasa kesal dengan pelayanan toko yang menjual produk X ?


Sangat sering       5 – 4 – 3 – 2 - 1     sangat jarang 

ANALISIS JALUR

ANALISIS jalur pertama kali diperkenalkan oleh Sewall Wright (1921), seorang ahli genetika, namun kemudian dipopulerkan oleh Otis Dudley Duncan (1966), seorang ahli sosiologi. Analisis jalur bisa dikatakan sebagai pengembangan dari konsep korelasi dan regresi, dimana korelasi dan regresi tidak mempermasalahkan mengapa hubungan antar variabel terjadi serta apakah hubungan antar variabel tersebut disebabkan oleh variabel itu sendiri atau mungkin dipengaruhi oleh variabel lain.
  
 A. DEFINISI
     Path Analysis (PA) atau analisis jalur adalah keterkaitan antara variable independent, variable intermediate, dan variable dependent yang biasanya disajikan dalam bentuk diagram. Didalam diagram ada panah panah yang menunjukkan arah pengaruh antara variabel exogenous, intermediary, dan variabel dependent. Terkadang besaran pengaruh di gambarkan dengan ketebalan anak panah. Path analysis hanya berkaitan dengan REGRESI GANDA dengan VARIABEL YANG TERUKUR.

     Analisis jalur merupakan teknik statistik untuk menguji hubungan kausal antara dua atau lebih variabel, berdasarkan persamaan linier. Teknik ini dikembangkan sejak tahun 1939 oleh Sewall Wright. Hubungan kausal ini ada yang langsung X→Z dan juga ada yang tak langsung tetapi melalui variabel antara Y ialah X Y → Z. Jalur yang di gambarkan dengan tanda panah ini merupakan → hipotesis yang akan di uji berdasarkan data lapangan.
Berbeda dengan korelasi dan regresi, analisis jalur mempelajari apakah hubungan yang terjadi disebabkan oleh pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel independen terhadap variabel dependen, mempelajari ketergantungan sejumlah variabel dalam suatu model (model kausal), dan menganalisis hubungan antar variabel dari model kausal yang telah dirumuskan oleh peneliti atas dasar pertimbangan teoritis. Melalui analisis jalur kita akan menguji seperangkat hipotesis kausal dan menginterpretasikan hubungan tersebut (langsung atau tidak langsung).

Asumsi yang digunakan dalam analisis jalur yaitu:
  1. Linearity: keterkaitan/ hubungan antar variabel adalah linier.
  2. Interval level data disarankan jangan menngunakan variabel dummy.
  3. Residual (unmeasured) variables hanya berkorelasi dengan satu variabel dalam model yang ada panah langsung.
  4. Low multicollinearity (secara teoretis tidak ada korelasi yang signifikan antar variabel exogen).
  5. No under identification or under determination of the model is required. For underidentified models there are too few structural equations to solve for the unknowns. Overidentification usually provides better estimates of the underlying true values than does just identification.
  6. Adequate (ukuran sample diperlukan agar signifikan). Kline (1998) merekomendasikan 10 sd 20 kali parameter yang akan di estimasikan.
Contoh model analisis jalur:

Dengan notasi-notasi yang digunakan sebagai berikut:
  1. γ (gamma)    : koefisien pengukur hubungan antara variabel endogen dengan eksogen
  2. β (beta)    : koefisien yang mengukur hubungan antar variabel dependen (endogen).
  3. Ï• (hi)    : koefisien yang mengukur hubungan antar variabel independen (eksogen).
  4. ζ (zeta)    : varian peubah latent yg tdk terjelaskan model
  5. Y        : variabel dependen (endogen)
  6. X        : variabel independen (eksogen)
Langkah-langkah dalam analisis jalur sebagai berikut:
1. Merancang model berdasarkan konsep dan teori
2. Pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi
3. Pendugaan parameter atau perhitungan koefisien jalur
4. Pengujian model
5. Interpretasi model

Structural Equation Modeling (SEM) 
Model analisis yang padaumumnya menggabungkan antara dua bagian ialah i). pembentukan variabel LATENT dan ii). Pembangunan model struktural. Analisis jalur merupakan bagian (subset) dari SEM adalah gabungan antara REGRESI GANDA dengan variabel LATENT yang di bangun dengan analisis faktor dari butir butir/indikator/ item atas variabel laten tersebut.

Hox dan Bechger (2002) menyebutkan bahwa SEM adalah suatu kombinasi analisis faktor dan analisis regresi atau analisis jalur. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam penyusunan variabel latent didasarkan atas theoretical constructs yang juga di hitung berdasarkan metode regresi. Selanjutnya model structural didasarkan atas covariances antara variabel exogen,variabel antara, dan variabel endogen.

Oleh karenanya model structural ini juga sering disebut covariance structure modeling. Disana juga dikatakan bahwa “ Now days structural equation models need not be linear, and the possibilities of SEM extend well beyond the original Lisrel program”.

Variabel eksogen (exogenous) adalah variabel yang tidak ada anak panah mengarahnya. Jika dua varaibel eksogen berkorelasi di tunjukkan dengan panah dua arah.

Variabel endogen (endogenous) yang terdiri dari variabel antara dan variabel dependen. Variabel antara terdapat anak panah yang datang dan juga yang pergi. Sedangkan variabel dependen hanya terdapat panah yang datang menujunya.

Variabel LATENT adalah variabel yang diukur dengan indikator-indikator (item-tem atau butir-butir) nya, misalnya variabel kesejahteraan, kepuasan, partisipasi, pemahaman, dll. Cara klasik data variabel latent dengan menjumlahkan skor butir-butir yang valid dan reliable. Cara yang terbaik dalam SEM adalah di hitung dengan menggunakan metode confirmatory factor analysisis (CFA) . Dalam CFA dirancang sedemikian rupa agar setiap butir/item menyumbang (Loading) kepada satu variabel latent saja. Besaran sumbangan ini biasa disebut LOADING yang berbeda beda sesuai dengan derajat variabilitas dan tingkat korelasi terhadap item item yang lainnya. Hox dan Bechger (2002) menyebutkan CFA confirmatory (restricted) factor analysis menjamin bahwa setiap item hanya akan memberikan loading kepada satu variabel latent saja .

Path coefficient/ path weight 
pada umumnya adalah koefisien regresi yang distandarkan (artinya regresi dimana semua variabelnya dalam bentuk z-score).
Disturbance terms adalah residual error yang besarannya sama dengan(1 - R2). Dia mengukur sisa pengaruh faktor lain kepada suatu variabel exogen.
Significance and Goodness of Fit. Testing setiap koefisien dengan t-tes atau F-test. Sedangkan untuk test kecocokan suatu model dengan jika Chi-square dg P > 0.05 dan RMSEA < 0.05. Hox dan Bechger (2002) menyebutkan Goodness of fit (Tuna Cocok) dengan chi squared dengan p-value lebih besar dari 0.05 persen baru dikatakan model SEM cocok pada data empiris.
LANGKAH-LANGKAH PATH ANALYSIS
Menurut Ferdinand (2006), ada tujuh langkah yang harus dilakukan untuk menyiapkan analisis jalur, yaitu:

1. Pengembangan Model Teoritis
Dalam SEM, hal yang harus dilakukan adalah melakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang dikembangkan. SEM digunakan bukan untuk menghasilkan sebuah model, tetapi digunakan untuk mengkonfirmasi model teoritis tersebut melalui data empirik.

2. Pengembangan Path Diagram atau diagram alur
    Dalam langkah kedua ini, model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram, yang akan mempermudah untuk melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. Dalam diagram alur, hubungan antar konstruk akan dinyatakan melalui anak panah. Anak panah yang lurus menunjukkan sebuah hubungan kausal yang langsung antara satu konstrak dengan konstrak lainya. Sedangkan garis-garis lengkung antar konstruk dengan anak panah pada setiap ujungnya menunjukkan korelasi antar konstruk. Konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu:
a. Exogenous constructs atau konstruk eksogen
Dikenal juga sebagai source variables atau independent variables yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah.
b. Endogenous construct atau konstruk endogen
Merupakan faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk endogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen.

3. Konversi diagram alur ke dalam persamaan struktural dan model pengukuran
Persamaan yang didapat dari diagram alur yang dikonversi terdiri dari:
Structural Equation atau persamaan struktural
Dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk. Rumus yang dikembangkan adalah:
Variabel endogen = variabel eksogen + variabel endogen + error

4. Memilih matrik input dan estimasi model.
Pada penelitian ini matrik inputnya adalah matrik kovarian atau matrik korelasi. Hal ini dilakukan karena fokus SEM bukan pada data individual, tetapi pola hubungan antar responden. Dalam hal ini ukuran sampel memegang peranan penting untuk mengestimasi kesalahan sampling. Untuk itu ukuran sampling jangan terlalu besar karena akan menjadi sangat sensitif sehiungga akan sulit mendapatkan ukuran goodness of fit yang baik, setelah model dibuat dan input data dipilih, maka dilakukan analisis model kausalitas dengan teknik estimasi yaitu teknik estimasi model yang digunakan adalah Maximum Likehood Estimation Method. Teknik ini dipilih karena ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecil (100-200 responden).

5. Menganalisa kemungkinan munculnya masalah identifikasi
   Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan model yang dikembangkan menghasilkan estimasi yang unik. Bila setiap kali estimasi dilakukan muncul problem identifikasi, maka sebaiknya model dipertimbangkan ulang dengan mengembangkan lebih banyak konstruk.           Disebutkan oleh Ferdinand (2006), beberapa indikasi problem identifikasi:
a. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.
b. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.
c. Munculnya angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.
d. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat (misalnya lebih dari 0,9)

6. Evaluasi kriteria goodness of fit
      Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model terhadap berbagai kriteria goodness of fit. Disebutkan oleh Ferdinand (2006), beberapa indeks kesesuaian dan cut of value untuk menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak antara lain:

a. X² - Chi-Square statistik, di mana model dipandang baik atau memuaskan bila nilai Chi-Square-nya rendah. Semakin kecil nilai Chi-Square, semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cutoff value sebesar p>0.05 atau p>0.10.

b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation), yang menunjukkan goodness of fit yang diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom.

c. GFI (Goodness of fit Index), adalah ukuran non statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

d. AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index), di mana tingkat penerimaan yang direkomendasiakan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90.

e. CMIN/DF, adalah The Minimum Sample Discrepancy Function yang dibagi dengan Degree of Freedom. CMIN/DF tidak lain adalah statistic Chi-Square, X² dibagi DF-nya, disebut X² relatif. Bila nilai X² reltif kurang dari 2.0 atau 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.

f. TLI (Tucker Lewis Index), merupakan incremental index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah base line model, di mana nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah ≥0.95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit.

g. CFI (Comparative Fit Index), di mana mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yan paling tinggi. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥0.95

       Dengan demikian indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model adalah seperti dalam tabel berikut ini:
                                          Tabel  Good of Fit Index untuk Evaluasi Model
       Goodness   OF   fit index
Keterangan
Cut-off Value
Chi-square
Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sampel (apakah model sesuai dengan data).  Bersifat sangat sensitive untuk sampel besar (di atas 200)
Diharapkan Kecil
Probability
Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi
³ 0,05
RMSEA
Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar
£ 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi (analog dengan R2 dalam regresi berganda)
³ 0,90
AGFI
GFI yang disesuaikan terhadap DF
³ 0,90
CMIND/DF
Kesesuaian antara data dan model.
£ 2,00
TLI
Pembandingan antara model yang diuji terhadap base line model
³ 0,95
CFI
Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model
³ 0,94
Sumber: Ferdinand, A. (2002)

7. Interpretasi dan Modifikasi Model
         Tahap akhir ini adalah melakukan interpretasi dan modifikasi bagi model-model yang tidak memenuhi syarat-syarat pengujian. Hair et. al. (dalam Ferdinand, 2006) memberikan pedoman untuk mempertimbangkan perlu tidaknya modifikasi model dengan melihat jumlah residual yang dihasilkan oleh model tersebut. Batas keamanan untuk jumlah residual adalah 5%. Bila jumlah residual lebih besar dari 2% dari semua residual kovarians yang dihasilkan oleh model, maka sebuah modifikasi perlu dipertimbangkan. Bila ditemukan bahwa nilai residual yang dihasilkan model cukup besar (yaitu ≥2.58) maka cara lain dalam memodifikasi adalah dengan mempertimbangkan untuk menambah sebuah alur baru terhadap model yang diestimasi itu. Nilai residual value yang lebih besar atau sama dengan ± 2.58 diinterpretasikan sebagai signifikan secara statistik pada tingkat 5%.





TOPIK DAN MASALAH DALAM PENELITIAN

A.       PENDAHULUAN
                                                                    
1.        Latar Belakang
         Secara sistematis suatu penelitian yang mendasarkan pada metode ilmiah biasanya dimulai dengan adanya permasalahan. Permasalahan penelitian menurut John Dewey,1993; Kerlinger, 1986 mengidentifikasikan bahwa permasalahan secara faktual dapat berupa kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun oleh para peneliti. Permasalahan dapat pula diartikan sebagai  target yang telah ditetapkan oleh peneliti.
          Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena. Adanya kemenduaan arti (ambiguity) adanya halangan dari rintangan. Adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomena. Baik yang telah ada ataupun yang akan ada. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah – masalah itu atau setidaknya menutup celah yang terjadi.

2.        Tujuan
         Tujuan dari pemilihan serta perumusan masalah adalah untuk :
§   Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademis seseorang.
§   Memuaskan perhatian serta keinginnan seseorang akan hal – hal yang baru.
§   Meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya atau pun dasar untuk penelitian selanjutnya ;
§   Memenuhi kegiatan sosial
§   Menyediakan sesuatu yang bermamfaat
 Kemudian, persoalan pertama yang akan muncul dalam suatu proses penelitian adalah memilih berbagai alternatif ide topik penelitian.Tema dan topik memiliki esensi pengertian yang sama. Kebanyakan para peneliti yang mulai dengan tugas penelitian sulit menemukan topik apa yang pantas menjadi bahan kajiannya. Untuk mengatasi persoalan tersebut dalam makalah ini akan di bahas mangenai cara – cara memilih topik dan masalah penelitian.

3.        Masalah
         Dalam Kehidupan manusia atau kehidupan kita sehari-hari banyak sekali permasalahan tetapi kita atau para peneliti muda menemui banyak kesu;litan dalam mengidentifikasikan masalah yang  benar-benar layak untuk dajadikan penelitian. Banyaknya bentuk permasalahan dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu permasalahan yang sifatnya common sense (akal sehat) saja dan permasalahan yang betul-betul masalah. Masalah yang bisa diteliti biasanya mempunyai karakteristik, yaitu bisa dirasakan oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu bidang yang sama, sering muncul secara signifikan dan yang utama masalah dapat diukur dengan alat ukur penelitian, seperti: skala nominal, ordinal, interval dan rasio.
         Walaupun demikian mencari bentuk masalah penelitian memang sangat sulit, dan yang penting bagi peneliti sebelum melangkah pada kegiatan selanjutnya, sebaiknya peneliti selalu berkonsultasi dengan pembimbing atau berkoordinasi sesama peneliti lain. Kesulitan mencari masalah biasanya juga tergantung  ketajaman para peneliti itu sendiri dalam menyeleksi dan merasakan sesuatu yang dapat dimasukan sebagai masalah.

B.       PEMILIHAN MASALAH PENELITIAN
Menentukan masalah penelitian memang bukan hal yang mudah apalagi           dilakukan oleh peneliti muda. Masalah penelitian yang layak diteliti sebenarnya       banyak sekali dan tidak terbatas jumlahnya, yang sulit dilakukan adalah tidak          semua peneliti memiliki sensitivitas untuk mengidentifikasikan masalah                                                     penelitian. Sebenarnya masalah yang layak diteliti utamanya harus dirumuskan                                    dengan statement yang jelas dan tidak mendua arti, yang bisa dirumuskan dalam                                   bentuk pertanyaan, tergantung pada metode penelitian yang hendak dilakukan.

1.    Ciri – ciri Masalah yang Baik
            Menurut Kerlinger (1973). Whitney (1969),dan Trelease (1958) ciri – ciri masalah yang baik adalah sebagai berikut :
1.    Masalah yang dipilih harus memiliki nilai penelitian.
2.    Masalah yang di pilih memiliki fisibilitas.
3.    Masalah yang di pilih harus sesuai dengan kualifikasi peneliti.
Ketiga ciri masalah tersebut akan dijabarkan seperti di bawah ini:
1.         Masalah harus memiliki nilai penelitian
            Kriteria masalah yang mempunyai nilai penelitian antara lain :
1.    Masalah harus memiliki nilai keaslian
      Masalah yang dipilih harus mengenai hal – hal yang up to date dan baru.                        Masalah  harus mempunyai nilai ilmiah atau aplikasi ilmiah.
2.    Masalah harus menyatakan suatu hubungan
      Masalah harus menyatakan suatu hubungan antara dua atau lebih variable.      Sebagai konsekuensinya. Maka rumusan masalah akan merupakan pertanyaan         seperti :
      Apakah X berhubungan dengan Y ? Bagai mana X dan Y  berhubungan dengan C? Bagai mana A berhubungan dengan B dibawah kondisi C dan D? Masalah yang lebih nyata misalnya : Apakah konflik menambah atau mengurangi efisiensi organisasi? Masalah harus padat definitif,dan dapat dinyatakan dalam beberapa hipotensi alternatif. Masalah dapat saja mengenai hubungan antara fenomena – fenomena alam atau mengenai kondisi – kondisi yang mengontrol fakta – fakta yang diamati. Selanjutnya pemecahan masalah tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui dan megontrol fenomene – fenomena yang sedang diteliti.
3.    Masalah harus merupakan hal yang penting
      Masalah yang dipilih harus mempunyai arti dan nilai baik dalam bidang ilmunya sendiri maupun dalam bidang aflikasi untuk penelitian terapan. Masalah harus di tunjukan terutama untukmemperoleh fakta kesimpulan dalam suatu bidang tertentu.
4.    Masalah harus dapat di uji
Masalah harus dapat di uji. Dengan perlakuan – perlakuan serta data dan fasilitas yang ada.Sekurang – kurangnya, masalah – masalah yang di pilih harus sedemikian rupa sehingga memberikan implikasi untuk kemungkinan pengujian secara empisir. Hal ini berarti bahwa bukan saja hubungan – hubungan yang harus dinyatakan secara jelas., namun juga harus mengandung pengertian bahwa hubungan – hubungan tersrbut harus dinyatakan dalam variabel – variabel yang dapat di ukur.
5.    Masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
Masalah harus di nyatakan secara jelas dan tidak membingungkan dalam bentuk pertanyaan.

2.         Masalah harus fisibel
            Masalah yang di pilih harus mempunyai fisibilitas. Yaitu masalah tersebut           dapat di pecahkan, ini berarti :
1.    Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia.
Masalah yang di pilih harus mempunyai metode untuk memecahkanya dan harus ada data untuk menunjang pemecah. Data untuk menunjang masalah harus pula mempunyai kebenaran yang setandar dan dapat di terangkan.
2.    Peralatan (eguipment) dan kondisi harus mengijinkan
Masalah yang di pilih harus sesuai dengan alat yang tersedia untuk control kondisi atau pun untuk mencatat ketepatan peralatan yang di miliki harus dapat di gunakan untuk memecahkan masalah .Alat yang paling penting dalam memecahkan masalah adalah pikiran (the mind of man)
  1. Biaya untuk memecahkan masalah, sacara relative harus dalam batasan – batasan kemampuan. Biaya dan hasil juga harus seimbang.
Biaya untuk memecahkan masalah harus selalu dipikirkan dalam memilih masalah. Jika pemecahan masalah diluar jangkauan biaya. Maka masalah yang ingin di pilih tidak fisibel sama sekali. Masalah yang di pilih janganlah sekali kali dikaitkan untuk kepentingan sendiri, dalam arti untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Pasteur pernah berkata. “Saya tidak akan bekerja untuk uang, tetapi saya bekerja untuk ilmu pengetahuan”
4.    Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar ;
5.    Administrasi dan seponsor harus kuat ;
Masalah yang dimiliki harus mempunyai sponsor serta administrasi yang kuat.Lebih – lebih bagi peneliti mahasiswa. Masalah yang di pilih harus di perkuat dengan adviser,pembimbing,atau pun tenaga ahli yang sesuai dengan bidangnya.
  1. Tidak bertentangan dengan hukum dan adat.
      Masalah yang di pilih harus tidak bertentangan dengan adat istiadat. Hukum yang berlaku maupun kebiasaan. Pilihlah masalah yang tidak menimbulkan kebencian orang lain. Pertentang fisik maupun itikad untuk menjaga kesinambungan profesianalisme dalam meneliti.

 3.        Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti
            Dalam hal ini masalah yang di pilih sekurang – kurangnya :
  1. Menarik bagi si peneliti
      Masalah yang dipilih harus menarik keingin tahuan peneliti dan memberi harapan kepada peneliti untuk menemukan jawaban atau pun menemukan masalah lain yang lebih pentinh dan yang lebih menarik.
  1. Harus sesuai dengan kualifikasi
      Sukar mudahnya masalah yang ingin di pecahkan harus sesuai dengan derajat ilmiah (Derajat daya nalar), sensitivitas terhadap data serta kemampuan yang dimiliki peneliti dalam menghasilkan orisinalitas.

        3.  Sumber – sumber untuk Memperoleh Masalah
            Beberapa macam sumber penalitian  mungkin dapat membantu para peneliti    memperoleh masalah yang layak dijadikan bahan untuk diteliti.  
            Sumber _ sumber untuk memperoleh masalah antara lain :
  1. Pengamatan terhadap kegiatan manusia
      Hal ini misalnya adalah: Seorang ahli ilmu jiwa,dapat menemukan masalah ketika ia melihat tingkah laku pekerja pabrik melakukan kegiatan mereka dalam pabrik,seorng ahli ekonomi pertanian dapat menemukan masalah ketika ia melihat cara petani bersahaja mengerjakan serta mennyimpan hasil usaha pertaniannya.
  1. Pengamatan terhadap alam sekeliling
      Peneliti – peneliti ilmu natura seringkali memperoleh masalah dari alam
Sekelilingnya. Misalnya seorang ahli bidang banyak memperoleh masalah ketika ia mengamati cakrawala.
3.    Bacaan
      Bacaan – bacaan dapat merupakan sumber dari masalah yang di pilih untuk di teliti, lebih – lebih jika bacaan tersebut merupakan karya ilmiah maupun       makalah., maka banyak sekali rekomendasi didalamnya yang memerlukan          penelitian lebih lanjut.
  1. Ulangan serta perluasan penelitian.
Masalah juga di peroleh dengan mengulang percobaan – percobaan yang pernah dilakukan,dimana percobaan yang telah di kerjakan tersebut memeaskan, peluasan analisa maupun metode dan teknik dengan eguipment yang lebih modern akan membuat masalah dapat di pecahkan secara lebih memuaskan, Misalnya penemuan penisilin oleh Feleming pada tahu 1929 telah terhenti beberapa lama. Sampai kemudian Florey meneliti kembali sifat – sifat penesilin sebagai alat penyembuh penyakit.
5.    Cabang studi yang telah di kembangkan
Kadang kala ditemukan, bukan dari bidang studi itu sendiri, tetapi dari cabang yang tmbul kemudian, yang mula – mula dipikirkan tidak penting sifatnya.
Misalnya Pasteur peneliti penyakit kolera dengan menyuntik ayam – ayam percobaan dengan mikroba kolera, pada suatu hari ia kehabisan ayam – ayam yang sehat ia kemudian terpaksa menggunakan ayam – ayam yang pernah kena kolera. Ternyata ayam- ayam tersebut tidak mati akibat suntikan mikroba kolera Dari percobaan ini iya tertarik akan ketahanan ayam – ayam tersebut, dan menemukan masalah yang mendorongnya meneliti tentang prinsip – prinsip kekebalan atau imunisasi.
6.    Catatan dan pengalaman pribadi
7.    Praktik serta keinginan masyarakat
Prektik – praktik tersebut dapat merupakan pertanyaan – pertanyaan pemimpin, otorita ilmu pengetahuan baik bersifat local, daerah, maupun nasional.

8.    Bidang spesialisasi
Bidang spesialisasi seorng dapat merupkan sumber masalah, Dalam membuat masalah, perlu dijaga supaya masalah yang digali jangan menjurus kepada over spesialisasi, Hal tersebut akan menghilangkan unitas yang fundamental
9.    Pelajaran yang sedang di ikuti
Pelajaran yang sedang di ikuti (missal dskusi kelas, hubungan antara dosen dan mahasiswa, pengaruh stef senior serta ajarannya) dapat meripakan sumber masalahbagi mahasiwa yang ingin membuat tessis.

10. Diskusi – diskusi ilmiah
      Dalam diskusi tersebut. Seseorang dapat menangkap banyak anlisis-analisis     ilmiah serta argumentasi-argumentasi professional,yang dapat menjurus pada       suatu permasalahan baru.
11. Perasaan intuisi

4. Cara Merumuskan Masalah
Setelah masalah diidentifikasikan dan dipilih, maka tibalah saat masalah            tersebut dirumuskan.perumusan masalah merupakan titik tolak bagi             perumusan hipotesis nantinya dari rumusan masalah dapat menghasilkan topic   penelitian atau judul dari penelitian. Umumnya rumusan masalah harus         dilakukan dengan kondisi berikut:
1.    Masalah biasa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
2.    Rumusan hendaknya jelas dan padat.
3.    Rumusan masalah harus berisi implikasi adnya data untuk memecahkan masalah.
4.    Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis.
5.    masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.

     Masalah ilmiah tidak boleh merupakan pertanyaan-pertanyaan etika atau        moral.Pertanyaan demikian merupakan pertanyaan tentang nilai atau value     judgement  yang tidak dapat dijawab secara ilmiah. Hindarkan pula maslah    yang merupakan metodologi.
   Sebagai kesimpulan perlu dijelaskan bahwa ada dua jalan untuk            memformulasikan masalah,yaitu:
1.    menurunkan masalah dari teori yang telah ada seperti masalah pada        eksperimental
2.    Observasi langsung di lapangan, seperti yang sering di lakukan ahli –ahli            sosiologi jika masalah di peroleh di lapangan, maka sebaiknya juga          menghubungkan masalah tersebut dengan teori teori – teori yang telah ada,   namun tidak berarti bahwa peneliti yang tidak di dukung oleh suatu teori tidak       berguna sama sekali karena adakalanya penelitian tersebut dapat menghasilkan             dalil – dalil dan dapat membentik sebuah teori.

            Membuat masalah penelitian merupakan hal yang cukup sulit antara lain            karena :
1.    Tidak semua masalah di lapangan dapat di uji secara empiris.
2.    Tidak ada pengetahuan atau tidak di ketahui sumber atau tempat mencari masalah – masalah.
3.    Kadang kala si peneliti di hadapkan pada banyak sekali masalah penelitian, dan sang penelitian tidak dapat memilih masalah mana yang lebih baik untuk di pecahkan.
4.    Adakalanya masalah cukup menarik tetapi data yang di perlukan untuk memecahkan masalah tersebut sukar di peroleh.
5.    Peneliti tidak tahu kegunaan sepesifik yang ada di kepalanya dalam memilih masalah.

5.Karakteristik masalah
            Secara fungsional masalah penelitian mempunyai arti penting bagi para             peneliti, Masalah penelitian dapat digunakan sebagai pedoman di lapangan. Oleh karena itu masalah penelitian harus memenuhi karakteristik penelitian           diantaranya: masalah dapat diteliti, mempunyai manfaat teoritis maupun         manfaat praktis,dapat diukur, sesuai dengan kemampuan peneliti.
            Beberapa karakteristik tersebut, sebagai berikut:
1.   Masalah dapat diteliti
             Suatu masalah dapat dikatakan dapat diteliti atau researchable, apabila   masalah tersebut bisa diungkapkan melalui tindakan koleksi data dan           kemudian dianalisis. Melalui beberapa pertanyaan, wawancara, melakukan       observasi langsung ke lapangan, melakukan studi kepustakaan, menyebarkan          angket kepada responden terkait.
2.   Mempunyai kontribusi signifikan
             Masalah penelitian harus bermanfaat bagi peneliti yang bersangkutan maupun            bagi masyarakat umum.Manfaat teoritis yang berkaitan erat dengan       perkembangan ilmu pengetahuan, manfaat praktis yang langsung dapat     digunakan oleh masyakat umum.
3.     Dapat Didukung Dengan Data Empiris.
   Masalah bisa diukur secara kuantitatif maupun empiris, ukuran empiris    berdasarkan fakta dan konstruk suatu fenomena. Penelitian kuantitatif lebih   diukur pada suatu variabel yang harus didasarkan pada hukum yang positif.
4.    Sesuai dengan Kemampuan dan Keinginan Peneliti.
   Kemampuan dan keinginan peneliti mempunyai peranan penting dalam             mendukung terselesaikannya penelitian. Karena penelitian adalah kegiatan         yang menyangkut  kemampuan. Kemampuan tanpa adanya keinginan maka                  mungkin saja proses penelitian berlarut-larut dan akhirnya merugikan peneliti          itu sendiri.
  
 PEMILIHAN TOPIK PENELITIAN
1.  Langkah – langkah Memilih Topik Penelitian
            Berikut ini diuraikan langkah – langkah pemilihan topik penelitian.
  1. Langkah pertama adalah memilih suatu masalah dari berbagai kemungkinan    permasalahan yang ada kaitannya dengan minat dan keahlian yang dimiliki. Dengan pilihan yang terbaik, diharapkan peneliti dapat memulai penelitiannya dengan segenap hati dan mempunyai motivasi.
  2. Langkah kedua adalah mengunjungi perpustakaan untuk mencari berbagai topik penelitian yang sudah ditulis oleh penulis terdahulu, mencari buku – buku referensi, jurnal ilmiah dan lain – lain.
  3. Membuat catatan – catatan yang dianggap perlu dalam sebuah  kartu (biasanya ukuran kartu pos). Catatan semacam ini sangat penting, untuk memudahkan merangkai gagasan dalam suatu karya tulis. Dalam kartu tersebut tidak hanya di catat ringkasan permasalahan tetapi harus pula diidentifikasi sumber notasi buku/jurnal yang di baca

Hal – hal yang harus di catat antara lain :
a.    Ringkasan suatu masalah
b.    Ide yang controversial dan bertentangan dengan arus konsep yang ada.
c.    Hal – hal yang merupakan pengetahuan baru.
d.    Pointers dan data histories.
e. Notasi identifikasi sumber (nama pengarang,judul buku,penerbit,tahun terbit,halaman, dll

2.    Kesulitan –kesulitan dalam Pemilihan Topik
            Kesulitan – kesulitan yang umumnya di hadapi dalam pemilihan topik adalah:
  1. Sering kali ide muncul dalam benak peneliti dan peneliti manganggap topik       yang terbayangkan tersebut sangat mungkin diteliti. Namun ternyata bahan      kajian tersebut telah diteliti oleh peneliti terdahulu. Apabila demikian penerbit      dapat melakukan replikasi untuk topik tersebut dan kajian yang  terdahulu            dapat kita  jadikan referensi pertama untuk mengetahui apakah kajian pada   masa lalu masih relevan untuk saat ini.
  2. Dalam memilih topik sering kali peneliti tidak bisa membedakan secara jelas antara topik dan judul penelitian. Hal ini akan menyulitkan karena “Judul”  ternyata sangat luas jangkauannya.
  3. Masalah untuk mencari sumber – sumber referensi yang sebetulnya banyak tersedia di perpustakaan atau sumber lainnya karena tidak memahami bagai mana menggunakan perpustakaan sebagai sumber informasi yang sangat penting. Kenyataan ini terlihat dari miskinnya referensi yang diajukan dalam proposal penelitian.
  4. Lemahnya penguasaan bahasa asing (khususnya bahasa inggris) 

3.    Sumber untuk Memperoleh Topik Penelitian
Sumber untuk memperoleh topik penelitian antara lain dari sumber teori maupun dari pengalaman dari para praktisi yang keduanya memiliki         perbedaan  yang sangat kontras. Dari sumber teori berarti menggunakan          pendekatan dedukatif,        sebaliknya dari pengalaman praktipis menggunakan     pendekatan induktif
1.    Sumber teori
Referensi teori akan sangat berguna dalam perancangan penelitian dalam pembuatan tesis (skripsi).Teori akan memberikan wawasan yang luas dalam menentukan tema/judul penelitian.
Kadang – kadang kita menemukan ternyata uraian dalam suatu buku berbeda dengan buku lainnya. Berdasarkan hal ini kita dapat memperoleh insfirasi yang sangat berharga dari buku – buku tersebut karena dalam suatu buku di ungkapkan bagaimana bentuk teori. Demikian banyaknya teori yang di kemukakan dalam berbagai buku.menjadikan kita bertanya “teori yang mana yang benar?” Dari hal ini kemudian muncul pernyataan bahwa peneliti di mulai dengan pertanyaan kritis (gugatan) mengenai sesuatu hal.Teori sebenarnya mengandung kemungkinan untuk di gugat dengan munculnya teori baru, sehingga kebenarannya bersifat relatif . Memang demikian hakekat ilmu pengetahuan yang selalu berkembang dan selalu berubah.
2.    Sumber pengalaman praktisi
Dari kalangan praktisi akan muncul persoalan – persoalan praktisi yang pada dasarnya membutuhkan pengkajian ulang. Sering kali para praktisi menemukan masalah - masalah dalam praktik yang kadang kala sulit mencari pemecahannya serta sulit mencari landasan teorinya. Para praktisi membutuhkan bantuan para ahli untuk mencarikan jalan keluar permasalahannya tersebut. Dari hal ini topik penelitian muncul.
Sutrisno Hadi mengatakan bahwa topik yang dipilih harus berbeda dalam jangkauan kita. Tersedia cukup bahan – bahan atau data yang di perlukan untuk membahas topik – topik cukup penting untuk diselidiki dan cukup menarik minat untuk di selidiki dan dibahas.
3.    Lapangan tempat bekerja
Tempat-tempat dimana peneliti bekerja merupakan sumber ide yang baik, peneliti dapat melihat secara langsung  mengalami dan bertanya pada banyak orang dalam pekerjaaannya.
4.     Laporan hasil penelitian
5.     Sumber yang berasal dari bidang pengetahuan lain
     

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
      Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1.           Menentukan Masalah penelitian adalah hal yang paling sulit dilakukan terutama bagi peneliti muda
2.           Masalah penelitian yang layak diteliti sebetulnya dan tidak terbatas jumlahnya. Yang sulit dilakukan adalah tidak semua peneliti memiliki sensitivitas untuk mengidentifikasikan masalah penelitian.
3.       Ada beberapa sumber-sumber ide yang dapat dilgunakan untuk mencari masalah penelitian, yaitu: sumber teori, pengalaman praktisi, lapangan tempat bekerja, laporan penelitian dan sumber lain diluar bidang pendidikan.
4.        Agar memudahkan memilih masalah penelitian peneliti dapat menggunaka sekuen sebagai berikut:
a.    Mengidentifikasikan cakupan umum atau general area-nya
b.    Mengidentifikasikan masalah yang ada
c.    Membatasi masalah yang berkaitan erat
d.    Merumuskan masalah.
5.    Masalah penelitian memiliki karakteristik penting yang digunakan bagi peneliti diantaranya: dapat diteliti, mempunyai kontribusi teoritis hgarus dapat diukur, sesuai dengan kemampuan dan keinginan peneliti.
6.         Masalah yang layak diteliti dirumuskan dalam staemat yang jelas, tidak mendua arti, atau bisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
         
Saran   
Dalam menentukan masalah dan topik penelitian yang penting tidak mendua arti sehingga membingungkan peneliti, jangan menetukan masalah yang sulit diukur dan dianalisis, masalah memiliki landasan teori yang ada, dan peneliti harus memiliki sensitivitas untuk mengidentifikasikan masalah yang baik, masalah yang diteliti sebaiknya sesuai dengan keinginan dan kemampuan peneliti, jangan menentukan masalah terlalu luas dan diluar jangkauan peneliti itu sendiri
Karena bisa menghambat proses penelitian sehingga berlarut-larut dan akhirnya merugikan si peneliti itu sendiri


DAFTAR PUSTAKA

Sutopo, H.B, 2002. .Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar teori dan terapannya                    dalam penelitian. Surakarta, Indonesia.

Sukardi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan  Kompetensi dan Praktiknya.                        Bumi Aksara, Yogyakarta.

Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rita Retnowati, 2006. Metode Penelitian. Program Pascasarjana Universitas                            Pakuan, Bogor.


Lexy J. Moleong, 2000. Metode Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung.

Tulisan Lainnya:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *