28 Desember 2012

Pembahasan Topic Dan Masalah Penelitian



 A.       PENDAHULUAN
                                                                    
1.        Latar Belakang
 Secara sistematis suatu penelitian yang mendasarkan pada metode ilmiah biasanya dimulai dengan adanya permasalahan. Permasalahan penelitian menurut John Dewey,1993; Kerlinger, 1986 mengidentifikasikan bahwa permasalahan secara faktual dapat berupa kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun oleh para peneliti. Permasalahan dapat pula diartikan sebagai  target yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena. Adanya kemenduaan arti (ambiguity) adanya halangan dari rintangan. Adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomena. Baik yang telah ada ataupun yang akan ada. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah – masalah itu atau setidaknya menutup celah yang terjadi.

2.        Tujuan
         Tujuan dari pemilihan serta perumusan masalah adalah untuk :

  •  Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademis seseorang.
  • Memuaskan perhatian serta keinginnan seseorang akan hal – hal yang baru.
  • Meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya atau pun dasar untuk penelitian selanjutnya ;
  • Memenuhi kegiatan sosial
  • Menyediakan sesuatu yang bermamfaat
Kemudian, persoalan pertama yang akan muncul dalam suatu proses penelitian adalah memilih berbagai alternatif ide topik penelitian.Tema dan topik memiliki esensi pengertian yang sama. Kebanyakan para peneliti yang mulai dengan tugas penelitian sulit menemukan topik apa yang pantas menjadi bahan kajiannya. Untuk mengatasi persoalan tersebut dalam makalah ini akan di bahas mangenai cara – cara memilih topik dan masalah penelitian.

3.        Masalah
         Dalam Kehidupan manusia atau kehidupan kita sehari-hari banyak sekali permasalahan tetapi kita atau para peneliti muda menemui banyak kesulitan dalam mengidentifikasikan masalah yang  benar-benar layak untuk dIjadikan penelitian. Banyaknya bentuk permasalahan dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu permasalahan yang sifatnya common sense (akal sehat) saja dan permasalahan yang betul-betul masalah. Masalah yang bisa diteliti biasanya mempunyai karakteristik, yaitu bisa dirasakan oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu bidang yang sama, sering muncul secara signifikan dan yang utama masalah dapat diukur dengan alat ukur penelitian, seperti: skala nominal, ordinal, interval dan rasio.
         Walaupun demikian mencari bentuk masalah penelitian memang sangat sulit, dan yang penting bagi peneliti sebelum melangkah pada kegiatan selanjutnya, sebaiknya peneliti selalu berkonsultasi dengan pembimbing atau berkoordinasi sesama peneliti lain. Kesulitan mencari masalah biasanya juga tergantung  ketajaman para peneliti itu sendiri dalam menyeleksi dan merasakan sesuatu yang dapat dimasukan sebagai masalah.

B.       PEMILIHAN MASALAH PENELITIAN

            
Menentukan masalah penelitian memang bukan hal yang mudah apalagi dilakukan oleh peneliti muda. Masalah penelitian yang layak diteliti sebenarnya banyak sekali dan tidak terbatas jumlahnya, yang sulit dilakukan adalah tidak semua peneliti memiliki sensitivitas untuk mengidentifikasikan masalah penelitian. Sebenarnya masalah yang layak diteliti utamanya harus dirumuskan dengan statement yang jelas dan tidak mendua arti, yang bisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, tergantung pada metode penelitian yang hendak dilakukan.

1.    Ciri – Ciri Masalah yang Baik
            Menurut Kerlinger (1973). Whitney (1969),dan Trelease (1958) ciri – ciri masalah yang baik adalah sebagai berikut :
1.    Masalah yang dipilih harus memiliki nilai penelitian.
2.    Masalah yang di pilih memiliki fisibilitas.
3.    Masalah yang di pilih harus sesuai dengan kualifikasi peneliti.

Ketiga ciri masalah tersebut akan dijabarkan seperti di bawah ini:
1.   Masalah harus memiliki nilai penelitian
 Kriteria masalah yang mempunyai nilai penelitian antara lain :

  • Masalah harus memiliki nilai keaslian
Masalah yang dipilih harus mengenai hal – hal yang up to date dan baru.                        Masalah  harus mempunyai nilai ilmiah atau aplikasi ilmiah.
  • Masalah harus menyatakan suatu hubungan
Masalah harus menyatakan suatu hubungan antara dua atau lebih variable.      Sebagai konsekuensinya. Maka rumusan masalah akan merupakan pertanyaan         seperti :
      Apakah X berhubungan dengan Y ? Bagai mana X dan Y  berhubungan dengan C? Bagai mana A berhubungan dengan B dibawah kondisi C dan D? Masalah yang lebih nyata misalnya : Apakah konflik menambah atau mengurangi efisiensi organisasi? Masalah harus padat definitif,dan dapat dinyatakan dalam beberapa hipotensi alternatif. Masalah dapat saja mengenai hubungan antara fenomena – fenomena alam atau mengenai kondisi – kondisi yang mengontrol fakta – fakta yang diamati. Selanjutnya pemecahan masalah tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui dan megontrol fenomene – fenomena yang sedang diteliti.
  • Masalah harus merupakan hal yang penting
      Masalah yang dipilih harus mempunyai arti dan nilai baik dalam bidang ilmunya sendiri maupun dalam bidang aflikasi untuk penelitian terapan. Masalah harus di tunjukan terutama untukmemperoleh fakta kesimpulan dalam suatu bidang tertentu.
  • Masalah harus dapat di uji
Masalah harus dapat di uji. Dengan perlakuan – perlakuan serta data dan fasilitas yang ada.Sekurang – kurangnya, masalah – masalah yang di pilih harus sedemikian rupa sehingga memberikan implikasi untuk kemungkinan pengujian secara empisir. Hal ini berarti bahwa bukan saja hubungan – hubungan yang harus dinyatakan secara jelas., namun juga harus mengandung pengertian bahwa hubungan – hubungan tersrbut harus dinyatakan dalam variabel – variabel yang dapat di ukur.
  • Masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
Masalah harus di nyatakan secara jelas dan tidak membingungkan dalam bentuk pertanyaan.

2.  Masalah harus fisibel
            Masalah yang di pilih harus mempunyai fisibilitas. Yaitu masalah tersebut           dapat di pecahkan, ini berarti :

  • Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia.
Masalah yang di pilih harus mempunyai metode untuk memecahkanya dan harus ada data untuk menunjang pemecah. Data untuk menunjang masalah harus pula mempunyai kebenaran yang setandar dan dapat di terangkan.

  • Peralatan (eguipment) dan kondisi harus mengijinkan
Masalah yang di pilih harus sesuai dengan alat yang tersedia untuk control kondisi atau pun untuk mencatat ketepatan peralatan yang di miliki harus dapat di gunakan untuk memecahkan masalah .Alat yang paling penting dalam memecahkan masalah adalah pikiran (the mind of man)
  • Biaya untuk memecahkan masalah, sacara relative harus dalam batasan – batasan kemampuan. Biaya dan hasil juga harus seimbang.

Biaya untuk memecahkan masalah harus selalu dipikirkan dalam memilih masalah. Jika pemecahan masalah diluar jangkauan biaya. Maka masalah yang ingin di pilih tidak fisibel sama sekali. Masalah yang di pilih janganlah sekali kali dikaitkan untuk kepentingan sendiri, dalam arti untuk memperoleh keuntungan pribadi.Pasteur pernah berkata. “Saya tidak akan bekerja untuk uang, tetapi saya bekerja untuk ilmu pengetahuan”
  • Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar ;
  • Administrasi dan seponsor harus kuat ;
Masalah yang dimiliki harus mempunyai sponsor serta administrasi yang kuat.Lebih – lebih bagi peneliti mahasiswa. Masalah yang di pilih harus di perkuat dengan adviser,pembimbing,atau pun tenaga ahli yang sesuai dengan bidangnya.
  • Tidak bertentangan dengan hukum dan adat.

 Masalah yang di pilih harus tidak bertentangan dengan adat istiadat. Hukum yang berlaku maupun kebiasaan. Pilihlah masalah yang tidak menimbulkan kebencian orang lain.Pertentang fisik maupun itikad untuk menjaga kesinambungan profesianalisme dalam meneliti.

 3.  Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti
            Dalam hal ini masalah yang di pilih sekurang – kurangnya :
  1. Menarik bagi si peneliti

Masalah yang dipilih harus menarik keingin tahuan peneliti dan memberi harapan kepada peneliti untuk menemukan jawaban atau pun menemukan masalah lain yang lebih pentinh dan yang lebih menarik.
  1. Harus sesuai dengan kualifikasi
Sukar mudahnya masalah yang ingin di pecahkan harus sesuai dengan derajat ilmiah (Derajat daya nalar), sensitivitas terhadap data serta kemampuan yang dimiliki peneliti dalam menghasilkan orisinalitas.

        3.  Sumber – sumber untuk Memperoleh Masalah
Beberapa macam sumber penalitian  mungkin dapat membantu para peneliti    memperoleh masalah yang layak dijadikan bahan untuk diteliti.  
Sumber _ sumber untuk memperoleh masalah antara lain :

  1. Pengamatan terhadap kegiatan manusia

 Hal ini misalnya adalah: Seorang ahli ilmu jiwa,dapat menemukan masalah ketika ia melihat tingkah laku pekerja pabrik melakukan kegiatan mereka dalam pabrik,seorng ahli ekonomi pertanian dapat menemukan masalah ketika ia melihat cara petani bersahaja mengerjakan serta mennyimpan hasil usaha pertaniannya 

  1. Pengamatan terhadap alam sekeliling

Peneliti – peneliti ilmu natura seringkali memperoleh masalah dari alam  Sekelilingnya. Misalnya seorang ahli bidang banyak memperoleh masalah ketika ia mengamati cakrawala.

3.    Bacaan

 Bacaan – bacaan dapat merupakan sumber dari masalah yang di pilih untuk di teliti, lebih – lebih jika bacaan tersebut merupakan karya ilmiah maupun makalah, maka banyak sekali rekomendasi didalamnya yang memerlukan penelitian lebih lanjut.

  1. Ulangan serta perluasan penelitian.

Masalah juga di peroleh dengan mengulang percobaan – percobaan yang pernah dilakukan,dimana percobaan yang telah di kerjakan tersebut memeaskan, peluasan analisa maupun metode dan teknik dengan eguipment yang lebih modern akan membuat masalah dapat di pecahkan secara lebih memuaskan, Misalnya penemuan penisilin oleh Feleming pada tahu 1929 telah terhenti beberapa lama. Sampai kemudian Florey meneliti kembali sifat – sifat penesilin sebagai alat penyembuh penyakit.

5.    Cabang studi yang telah di kembangkan

Kadang kala ditemukan, bukan dari bidang studi itu sendiri, tetapi dari cabang yang tmbul kemudian, yang mula – mula dipikirkan tidak penting sifatnya. Misalnya Pasteur peneliti penyakit kolera dengan menyuntik ayam – ayam percobaan dengan mikroba kolera, pada suatu hari ia kehabisan ayam – ayam yang sehat ia kemudian terpaksa menggunakan ayam – ayam yang pernah kena kolera. Ternyata ayam- ayam tersebut tidak mati akibat suntikan mikroba kolera Dari percobaan ini iya tertarik akan ketahanan ayam – ayam tersebut, dan menemukan masalah yang mendorongnya meneliti tentang prinsip – prinsip kekebalan atau imunisasi.

6.    Catatan dan pengalaman pribadi

7.    Praktik serta keinginan masyarakat

Praktik – praktik tersebut dapat merupakan pertanyaan – pertanyaan pemimpin, otorita ilmu pengetahuan baik bersifat local, daerah, maupun nasional.

8.    Bidang spesialisasi

Bidang spesialisasi seorng dapat merupkan sumber masalah, Dalam membuat masalah, perlu dijaga supaya masalah yang digali jangan menjurus kepada over spesialisasi, Hal tersebut akan menghilangkan unitas yang fundamental

9.    Pelajaran yang sedang di ikuti

Pelajaran yang sedang di ikuti (missal dskusi kelas, hubungan antara dosen dan mahasiswa, pengaruh stef senior serta ajarannya) dapat meripakan sumber masalahbagi mahasiwa yang ingin membuat tessis.

10. Diskusi – diskusi ilmiah

 Dalam diskusi tersebut. Seseorang dapat menangkap banyak anlisis-analisis     ilmiah serta argumentasi-argumentasi professional,yang dapat menjurus pada       suatu permasalahan baru.

11. Perasaan intuisi

4. Cara Merumuskan Masalah
Setelah masalah diidentifikasikan dan dipilih, maka tibalah saat masalahtersebut dirumuskan.perumusan masalah merupakan titik tolak bagi  perumusan hipotesis nantinya dari rumusan masalah dapat menghasilkan topic   penelitian atau judul dari penelitian. Umumnya rumusan masalah harus dilakukan dengan kondisi berikut:
1.    Masalah biasa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
2.    Rumusan hendaknya jelas dan padat.
3.    Rumusan masalah harus berisi implikasi adnya data untuk memecahkan masalah.
4.    Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis.
5.    masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.


     Masalah ilmiah tidak boleh merupakan pertanyaan-pertanyaan etika atau moral.Pertanyaan demikian merupakan pertanyaan tentang nilai atau value     judgement  yang tidak dapat dijawab secara ilmiah. Hindarkan pula maslah    yang merupakan metodologi. Sebagai kesimpulan perlu dijelaskan bahwa ada dua jalan untuk  memformulasikan masalah,yaitu:
  1. Menurunkan masalah dari teori yang telah ada seperti masalah pada eksperimental
  2. Observasi langsung di lapangan, seperti yang sering di lakukan ahli –ahli sosiologi jika masalah di peroleh di lapangan, maka sebaiknya juga  menghubungkan masalah tersebut dengan teori teori – teori yang telah ada,   namun tidak berarti bahwa peneliti yang tidak di dukung oleh suatu teori tidak berguna sama sekali karena adakalanya penelitian tersebut dapat menghasilkan dalil–dalil dan dapat membentik sebuah teori.

            Membuat masalah penelitian merupakan hal yang cukup sulit antara lain karena :

  1. Tidak semua masalah di lapangan dapat di uji secara empiris.
  2. Tidak ada pengetahuan atau tidak di ketahui sumber atau tempat mencari masalah – masalah.
  3. Kadang kala si peneliti di hadapkan pada banyak sekali masalah penelitian, dan sang penelitian tidak dapat memilih masalah mana yang lebih baik untuk di pecahkan.
  4. Adakalanya masalah cukup menarik tetapi data yang di perlukan untuk memecahkan masalah tersebut sukar di peroleh.
  5. Peneliti tidak tahu kegunaan sepesifik yang ada di kepalanya dalam memilih masalah.

5.    Karakteristik masalah
            Secara fungsional masalah penelitian mempunyai arti penting bagi para peneliti, Masalah penelitian dapat digunakan sebagai pedoman di lapangan. Oleh karena itu masalah penelitian harus memenuhi karakteristik penelitian diantaranya: masalah dapat diteliti, mempunyai manfaat teoritis maupun manfaat praktis,dapat diukur, sesuai dengan kemampuan peneliti.
            Beberapa karakteristik tersebut, sebagai berikut:

  1. Masalah dapat diteliti. Suatu masalah dapat dikatakan dapat diteliti atau researchable, apabila   masalah tersebut bisa diungkapkan melalui tindakan koleksi data dan           kemudian dianalisis. Melalui beberapa pertanyaan, wawancara, melakukan       observasi langsung ke lapangan, melakukan studi kepustakaan, menyebarkan          angket kepada responden terkait.
  2. Mempunyai kontribusi signifikan. Masalah penelitian harus bermanfaat bagi peneliti yang bersangkutan maupun  bagi masyarakat umum.Manfaat teoritis yang berkaitan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan, manfaat praktis yang langsung dapat     digunakan oleh masyakat umum.
  3. Dapat Didukung Dengan Data Empiris.Masalah bisa diukur secara kuantitatif maupun empiris, ukuran empiris    berdasarkan fakta dan konstruk suatu fenomena. Penelitian kuantitatif lebih   diukur pada suatu variabel yang harus didasarkan pada hukum yang positif.
  4. Sesuai dengan Kemampuan dan Keinginan Peneliti.Kemampuan dan keinginan peneliti mempunyai peranan penting dalam  mendukung terselesaikannya penelitian. Karena penelitian adalah kegiatan yang menyangkut  kemampuan. Kemampuan tanpa adanya keinginan maka  mungkin saja proses penelitian berlarut-larut dan akhirnya merugikan peneliti itu sendiri.
  
 PEMILIHAN TOPIK PENELITIAN
1.  Langkah – langkah Memilih Topik Penelitian
            Berikut ini diuraikan langkah – langkah pemilihan topik penelitian.

  1. Langkah pertama adalah memilih suatu masalah dari berbagai kemungkinan    permasalahan yang ada kaitannya dengan minat dan keahlian yang dimiliki.         Dengan pilihan yang terbaik, diharapkan peneliti dapat memulai penelitiannya        dengan segenap hati dan mempunyai motivasi.
  2.  Langkah kedua adalah mengunjungi perpustakaan untuk mencari berbagai topik penelitian yang sudah ditulis oleh penulis terdahulu, mencari buku – buku referensi, jurnal ilmiah dan lain – lain.
  3.  Membuat catatan – catatan yang dianggap perlu dalam sebuah  kartu (biasanya ukuran kartu pos). Catatan semacam ini sangat penting, untuk memudahkan merangkai gagasan dalam suatu karya tulis. Dalam kartu tersebut tidak hanya di catat ringkasan permasalahan tetapi harus pula diidentifikasi sumber notasi buku/jurnal yang di baca. Hal – hal yang harus di catat antara lain :
  • Ringkasan suatu masalah
  • Ide yang controversial dan bertentangan dengan arus konsep yang ada.
  • Hal – hal yang merupakan pengetahuan baru.
  • Pointers dan data histories.
  • Notasi identifikasi sumber (nama pengarang,judul buku,penerbit,tahun terbit,halaman, dll
 2.    Kesulitan –kesulitan dalam Pemilihan Topik
      Kesulitan – kesulitan yang umumnya di hadapi dalam pemilihan topik adalah:

  1. Sering kali ide muncul dalam benak peneliti dan peneliti manganggap topik  yang terbayangkan tersebut sangat mungkin diteliti. Namun ternyata bahan kajian tersebut telah diteliti oleh peneliti terdahulu. Apabila demikian penerbit dapat melakukan replikasi untuk topik tersebut dan kajian yang  terdahulu  dapat kita  jadikan referensi pertama untuk mengetahui apakah kajian pada masa lalu masih relevan untuk saat ini.
  2. Dalam memilih topik sering kali peneliti tidak bisa membedakan secara jelas antara topik dan judul penelitian. Hal ini akan menyulitkan karena “Judul”  ternyata sangat luas jangkauannya.
  3. Masalah untuk mencari sumber – sumber referensi yang sebetulnya banyak tersedia di perpustakaan atau sumber lainnya karena tidak memahami bagai mana menggunakan perpustakaan sebagai sumber informasi yang sangat penting. Kenyataan ini terlihat dari miskinnya referensi yang diajukan dalam proposal penelitian.
  4. Lemahnya penguasaan bahasa asing (khususnya bahasa inggris)
3.    Sumber untuk Memperoleh Topik Penelitian
Sumber untuk memperoleh topik penelitian antara lain dari sumber teori maupun dari pengalaman dari para praktisi yang keduanya memiliki perbedaan  yang sangat kontras. Dari sumber teori berarti menggunakan pendekatan dedukatif, sebaliknya dari pengalaman praktipis menggunakan  pendekatan induktif

1.    Sumber teori

Referensi teori akan sangat berguna dalam perancangan penelitian dalam pembuatan tesis (skripsi).Teori akan memberikan wawasan yang luas dalam menentukan tema/judul penelitian.

Kadang – kadang kita menemukan ternyata uraian dalam suatu buku berbeda dengan buku lainnya. Berdasarkan hal ini kita dapat memperoleh insfirasi yang sangat berharga dari buku – buku tersebut karena dalam suatu buku di ungkapkan bagaimana bentuk teori. Demikian banyaknya teori yang di kemukakan dalam berbagai buku.menjadikan kita bertanya “teori yang mana yang benar?” Dari hal ini kemudian muncul pernyataan bahwa peneliti di mulai dengan pertanyaan kritis (gugatan) mengenai sesuatu hal.Teori sebenarnya mengandung kemungkinan untuk di gugat dengan munculnya teori baru, sehingga kebenarannya bersifat relatif . Memang demikian hakekat ilmu pengetahuan yang selalu berkembang dan selalu berubah.

2.    Sumber pengalaman praktisi

Dari kalangan praktisi akan muncul persoalan – persoalan praktisi yang pada dasarnya membutuhkan pengkajian ulang. Sering kali para praktisi menemukan masalah - masalah dalam praktik yang kadang kala sulit mencari pemecahannya serta sulit mencari landasan teorinya. Para praktisi membutuhkan bantuan para ahli untuk mencarikan jalan keluar permasalahannya tersebut. Dari hal ini topik penelitian muncul. Sutrisno Hadi mengatakan bahwa topik yang dipilih harus berbeda dalam jangkauan kita. Tersedia cukup bahan – bahan atau data yang di perlukan untuk membahas topik – topik cukup penting untuk diselidiki dan cukup menarik minat untuk di selidiki dan dibahas.

3.    Lapangan tempat bekerja

Tempat-tempat dimana peneliti bekerja merupakan sumber ide yang baik, peneliti dapat melihat secara langsung  mengalami dan bertanya pada banyak orang dalam pekerjaaannya.

4.       Laporan hasil penelitian

5.       Sumber yang berasal dari bidang pengetahuan lain
     

C. KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
      Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

  1. Menentukan Masalah penelitian adalah hal yang paling sulit dilakukan terutama bagi peneliti muda
  2. Masalah penelitian yang layak diteliti sebetulnya dan tidak terbatas jumlahnya. Yang sulit dilakukan adalah tidak semua peneliti memiliki sensitivitas untuk mengidentifikasikan masalah penelitian.
  3. Ada beberapa sumber-sumber ide yang dapat dilgunakan untuk mencari masalah penelitian, yaitu: sumber teori, pengalaman praktisi, lapangan tempat bekerja, laporan penelitian dan sumber lain diluar bidang pendidikan.
  4. Agar memudahkan memilih masalah penelitian peneliti dapat menggunaka sekuen sebagai berikut:

a.    Mengidentifikasikan cakupan umum atau general area-nya
b.    Mengidentifikasikan masalah yang ada
c.    Membatasi masalah yang berkaitan erat
d.    Merumuskan masalah.
5. Masalah penelitian memiliki karakteristik penting yang digunakan bagi peneliti diantaranya: dapat diteliti, mempunyai kontribusi teoritis hgarus dapat diukur, sesuai dengan kemampuan dan keinginan peneliti.
6.   Masalah yang layak diteliti dirumuskan dalam staemat yang jelas, tidak mendua arti, atau bisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
         Saran   
                  Dalam menentukan masalah dan topik penelitian yang penting tidak mendua arti sehingga membingungkan peneliti, jangan menetukan masalah yang sulit diukur dan dianalisis, masalah memiliki landasan teori yang ada, dan peneliti harus memiliki sensitivitas untuk mengidentifikasikan masalah yang baik, masalah yang diteliti sebaiknya sesuai dengan keinginan dan kemampuan peneliti, jangan menentukan masalah terlalu luas dan diluar jangkauan peneliti itu sendiri
Karena bisa menghambat proses penelitian sehingga berlarut-larut dan akhirnya merugikan si peneliti itu sendiri



DAFTAR PUSTAKA


Sutopo, H.B, 2002. .Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar teori dan terapannya                    dalam penelitian. Surakarta, Indonesia.

Sukardi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan  Kompetensi dan Praktiknya.                        Bumi Aksara, Yogyakarta.

Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rita Retnowati, 2006. Metode Penelitian. Program Pascasarjana Universitas                            Pakuan, Bogor.

Lexy J. Moleong, 2000. Metode Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung.

11 Desember 2012

GROUNDED RESEARCH : Ringkasan


A. Pengantar
Para ahli ilmu sosial, khususnya sosiolog, berupaya menemukan teori berdasar data empiris, bukan membangun teori secara deduktif logis. Itulah yang disebut grounded theory[1], dan model penelitiannya disebut grounded research. Penemuan teori dari data empirik yang diperoleh secara sistematis dalam penelitian sosial, merupakan tema utama dari metodologi penelitian kualitatif model grounded research[2]. Grounded theory ditemukan pada tahun 1967 oleh Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss dengan diterbitkannya buku berjudul The Discovery of Grounded Theory.

Pertama kali grounded research diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1970-an, dengan diselenggarakannya pelatihan penelitian ilmu sosial bagi ilmuan Indonesia di Surabaya, Ujung Pandang, dan Banda Aceh. Pelatihan ini berlangsung selama dua semester, dengan beberapa narasumber asing, seperti Lance castle dan Stuart A. Schegel. Awal tahun 1980-an, Lembaga Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (LPIIS) bekerjasama dengan FISIP UI, dan beberapa perguruan tinggi di luar Jawa, melakukan hal yang sama. Perkembangan tersebut terus berlangsung hingga kini, dan bukan hanya dalam kajian sosiologi, tetapi juga sudah banyak meluas dalam penelitian bidang komunikasi, kesehatan, psikologi, dan pendidikan.

B. Pelaksanaan Grounded Research
Pelaksanaan dalam grounded research bertolak belakang dengan penelitian kuantitatif pada umumnya, yang bergerak dari level konseptual teoritik ke level empirikal. Grounded research bergerak dari level empirikal menuju level konseptual teoritikal.

Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan tanpa membawa rancangan konseptual, proposisi[3], dan teori tertentu. Secara provokatif, sering dikatakan agar peneliti masuk ke lapangan dengan “kepala kosong”[4], tanpa membawa apapun yang sifatnya apriori, apakah itu konsep, proposisi, ataupun teori. Hal ini disebabkan, dengan membawa konsep, proposisi, teori yang bersifat apriori, dikhawatirkan terjebak pada kecenderungan studi verifikatif yang memaksakan level empirikal menyesuaikan diri dengan level konseptual teoritikal.

Berdasarkan keadaan “kepala kosong” inilah, diharapkan peneliti dapat sepenuhnya terpancing kepada kenyataan berdasarkan data lapangan itu sendiri, baik dalam mendeskripsikan apa yang terjadi, maupun menjelaskan kemengapaannya. Dengan demikian, apa yang ditemukan berupa konsep, proposisi, dan teori, benar-benar berdasarkan data yang dikembangkan secara induktif.

Terkait proses tersebut, terdapat tiga unsur dasar yang perlu dipahami dan tidak bisa saling dipisahkan, yaitu konsep, kategori, dan proposisi[5]. Konsep diperoleh melalui konseptualisasi data. Peristiwa atau kejadian diperhatikan dan dianalisis sebagai indikator potensial dari fenomena yang kemudian diberikan nama/lebel secara konseptual. Berikutnya, dibandingkan dengan kejadian yang lain, apabila terdapat keserupaan, maka diberikan nama dengan istilah yang sama. Begitupula berlaku dengan peristiwa yang berbeda.

Unsur kedua adalah kategori. Kategori adalah kumpulan yang lebih tinggi dan abstrak dari konsep. Kategori diperoleh melalui proses analisis yang sama dengan cara membuat perbandingan dengan melihat persamaan dan perbedaan. Kategori merupakan landasan dasar penyusunan teori. Unsur ketiga adalah proposisi. Proposisi menunjukkan adanya hubungan konseptual, yakni suatu pernyataan berdasarkan hubungan berbagai konsep yang mengandung deskripsi sistem pemahaman tertentu yang relevan dengan kondisi di lapangan. Pembentukkan dan pengembangan konsep-konsep, kategori, dan proposisi merupakan suatu keharusan dalam proses penyusunan teori, atau melalui proses interaktif.

Ada lima tahap dalam menghasilkan teori pada grounded research, yakni (1) disain penelitian, (2) pengumpulan data, (3) display data, (4) analisi data, dan (5) membandingkan dengan literatur[6]. Dari lima tahap ini, sembilan langkah perlu dilakukan, yakni (1) peninjauan ulang literatur teknis, (2) pemilihan kasus, (3) pembuatan panduan pengumpulan data yang akurat, (4) terjun ke lapangan, (5) penyusunan data, (6) analisis data yang berhubungan dengan kasus awal, (7) percontohan teoritik, (8) penyelesaian penelitian, dan (9) perbandingan teori yang muncul dengan literatur yang sudah ada.

Grounded research memang tidak terlalu mudah dilakukan terutama oleh peneliti pemula, sebab memiliki model analisis data yang terus-menerus, selama data di lapangan masih tetap dikumpulkan. Proses open coding merupakan bagian dari analisis data, dimana peneliti melakukan identifikasi, penamaan, kategorisasi dan penguraian gejala yang ditemukan dalam teks hasil dari wawancara, observasi, dan catatan harian peneliti itu sendiri. Berikutnya adalah axial coding. Tahap ini, adalah menghubungkan berbagai kategori penelitian dalam bentuk susunan property (sifat-sifat) yang dilakukan dengan menghubungkan kode-kode, dan merupakan kombinasi cara berfikir induktif dan deduktif.

Tahap selanjutnya adalah, selective coding, yakni memilih kategorisasi inti, dan menghubungkan kategori-kategori lain pada kategori inti. Selama proses coding ini, diadakan aktivitas penulisan memo teoritik. Memo bukan sekedar gagasan kaku, namun terus berubah dan berkembang atau direvisi sepanjang proses penelitian berlangsung. Itulah inti penemuan grounded theory yang digagas sejak tahun 1967.

Teori yang merupakan hasil dari kajian data, yang merumuskan keterkaitan fenomena yang dapat menjelaskan kondisi yang relevan di lapangan, dilakukan pengulangan sejak pada proses pengumpulan data sampai menghasilkan proposisi, hingga merasa jenuh (data baru tidak ditemukan). Dengan kata lain, adalah mengkonfirmasi, memperluas, dan mempertajam kerangka kerja teoritik, serta mengakhiri proses penelitian bilamana, peningkatan atau penambahan yang diperoleh tidak berarti.

Kualitas grounded theory sangat ditentukan oleh langkah-langkah yang dilakukan secara baik, benar, dan disiplin. Proses yang benar akan menjamin ditemukannya teori yang benar pula. Dengan demikian, ada semacam koherensi antara input, proses, dan output. Disamping itu, seperti pada penelitian lainnya, pengujian ditentukan oleh validitas, reliabilitas, dan kredibilitas dari data, juga ditentukan oleh proses penelitian dimana teori dihasilkan, serta data empirisnya sebagai bagian integral dari penemuan atau teori yang dihasilkan.

C. Penutup 
Grounded research merupakan salah satu bentuk penelitian yang banyak membutuhkan keprofesionalan seorang ilmuan, terutama kejujuran. Ketelitian dan kesabaran juga sebagai modal utamanya. Di sisi lain, praktisi-praktisi dalam golongan ini, adalah komunitas ilmuan yang telah memahami substansi teori secara mendalam, terutama grand theory. Merekalah yang mungkin menghasilkan teori dengan baik, oleh karena mereka sangat memahami prosesnya.
Catatan :

[1]
Ada berbagai perbedaan redaksional dalam menterjemahkan arti Grounded Theory. Moleong (2005) mengartikannya dengan istilah Teori Dari Bawah, Salim (2006) menyebutnya Teori Beralas, Muhadjir (2002) menterjemahkan dengan nama Teori Berdasar Data, dan hampir serupa, Bungin (2007) mengistilahkannya: Teori Berdasarkan Data. Oleh karena substansinya sama, maka penulis merujuk sesuai dengan nama aslinya dalam bahasa Inggris.
[2] Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV, Yogyakarta: Rake Sarasin, hlm. 120
[3] Awalnya Glaser dan Strauss menggunakn sebutan hipotesis. Akan tetapi, istilah proposisi dianggap paling tepat, dan luas serta utuh cakupannya, sebab proposisi menunjukkan adanya hubungan konseptual, sedangkan hipotesis lebih menunjuk kepada hubungan yang terukur. Salim, Agus, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006, hlm.184.
[4]
Istilah “kepala kosong” menjelaskan bahwa peneliti menyingkirkan sikap, pandangan, keberpihakkan terhadap teori atau mazhab ilmu tertentu, yang dikhawatirkan menjadi bahaya besar bagi penyusunan teori, dan sepenuhnya berpedoman kepada apa yang ditemukannya di lapangan. Peneliti memiliki desain atau perencanaan penelitian hingga tuntas, namun kesemuanya itu bersifat fleksibel, bahkan boleh jadi tidak dipakai sama sekali dalam proses penelitian.
[5] Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm.72.
[6] Salim, Agus, Op.Cit., Hlm.185-186. Pendapat Glaser dan Strauss ini, kemudian di perluas lagi oleh Naresh R. Pandit (1996) menjadi sembilan fase/tahap.


Daftar Pustaka
Bungin, Burhan, 2007, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana.
Moleong, Lexy J., 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: Rosdakarya.
Muhadjir, Noeng, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV, Yogyakarta: Rake Sarasin.
Salim, Agus, 2006, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Tulisan Lainnya:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *