13 Oktober 2012

PENELITIAN EX POST FACTO

Penelitian eksperimen merupakan desain yang terbaik untuk menguji pengaruh suatu variable terhadap variable lain karena adanya manipulasi dan kontrol terhadap kondisi atau perlakuan yang diberikan pada subjek. Akan tetapi, karena dalam bidang pendidikan banyak kondisi yang tidak memungkinkan atau secara etis tidak diperkenankan untuk melakukan manipulasi terhadap suatu atau sejumlah variable, seperti broken home, orang tua tunggal, mengulang kelas, dan lain-lain sebagainya, penelitian eksperimen tidak dapat dilakukan. Untuk menguji variabel-variabel tersebut terhadap prestasi, hubungan sosial, perkembangan kognitif dapat menggunakan ex post facto.  

PENELITIAN  ex post facto menguji apa yang telah terjadi pada subjek. Ex post facto secara harfiah berarti “sesudah fakta”, karena kausa atau sebab yang diselidiki tersebut sudah berpengaruh terhadap variabel lain. Penelitian ini disebut penelitian kausal komparatif karena dimaksud untuk menyelidiki kausa yang mungkin untuk suatu pola prilaku yang dilakukan dengan cara membandingkan subjek dimana pola tersebut ada dengan subjek yang serupa dimana pola tersebut tidak ada atau berbeda (Glass & Hopkin, 1979). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah satu atau lebih kondisi yang sudah terjadi mungkin menyebabkan perbedaan perilaku pada subjek. Dengan kata lain, penelitian ini untuk menentukan apakah perbedaan yang terjadi antar kelompok subjek (dalam variabel independen) menyebabkan terjadinya perbedaan pada variabel dependen.

Penelitian ex post facto mempunyai kesamaan dengan penelitian eksperimen dalam hal : (a) Tujuan : untuk menentukan hubungan kausa. (b) Kelompok perbandingan, dan (c) Teknik analisis statistik yang digunakan (Mc Millan & Schumacher, 1989). Hanya saja dalam penelitian ex Post facto tidak ada manipulasi kondisi karena kondisi tersebut sudah terjadi sebelum penelitian ini mulai dilaksanakan. Karena itu penelitian ini memerlukan waktu yang relatif singkat.

Sebagai contoh, seorang peneliti tertarik untuk menyelidiki pengaruh broken home (perpecahan antar orang tua) terhadap tingkat kenakalan remaja. Dalam hal ini peneliti tidak mungkin melakukan eksperimen karena ia tidak mungkin memanipulasi kondisi subjek (membuat agar terjadi broken home pads keluarga/orang tua mereka) kemudian mengukur tingkat kenakalan remaja. Meskipun demikian, pengaruh tersebut dapat diuji dengan cara membandingkan tingkat kenakalan remaja yang berasal dari keluarga yang broken home dan yang harmonis jika pengaruh tersebut memang ada, maka anak yang berasal dari keluarga broken home mempunyai tingkat kenakalan yang lebih tinggi daripada mereka yang berasal dari keluarga yang harmonis.

Karena tidak melibatkan manipulasi, maka interprestasi hasil penelitian ini perlu dilakukan dengan hati-hati. Dalam kasus contoh diatas, misalnya peneliti tidak yakin bahwa perbedaan tingkat kenakalan antar kelompok subjek tersebut terjadi karena broken home yang dialami oleh orang tua salah satu kelompok subjek. Hal ini karena tingkat kenakalan tersebut hanya diukur sekali, yakni setelah terjadinya broken home. Karena itu dalam menafsirkan hasil penelitian ini, peneliti dihadapkan pada pertanyaan : apakah broken home mendorong kenakalan pada anak?. 

Apakah tingkat kenakalan yang tinggi pads anak dari keluarga broken home sudah terjadi sebelum timbulnya broken home?. Apakah perbedaan tersebut karena pengaruh orang tua yakni, tingkat “kenakalan” orang tua yang broken home lebih tinggi daripada orang tua yang harmonis? Ataukah kenakalan tersebut muncul karena adanya faktor lain, misalnya kurangnya perhatian orang tua mereka, yang dapat terjadi pada keluarga broken home maupun yang harmonis?. 

Meskipun interprestasinya terbatas, dalam bidang pendidikan hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya hubungan kausal dari pola variasi kondisi yang diamati.

Pelaksanaan Penelitian ExPost Facto:
Tidak adanya manipulasi perlakuan dan penempatan subjek secara acak menyebabkan validitas internal dalam penelitian ex post facto kurang dapat dikendalikan. Dengan kata lain hipotesis tandingan yang logis sulit dibatasi. Akan tetapi dengan perencanaan yang balk, hal ini dapat ditekan seminimal sehingga hasilnya akan mendekati penelitian eksperimen. Untuk mendapatkan hasil yang demikian peneliti perlu melalui langkah-­langkah berikut.

1. Perumusan masalah, masalah yang ditetapkan harus mengandung sebab atau kausa bagi munculnya variabel dependen, yang dapat diketahui berdasarkan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan atau penafsiran peneliti terhadap hasil observasi fenomena yang sedang diteliti. Masalah penelitian ini dapat berbentuk pernyataan hipotesis atau tujuan. Rumusan hipotesis digunakan jika sifat dasar perbedaan dapat diprediksi oleh peneliti sebelum data dikumpulkan. Sedangkan rumusan pernyataan tujuan digunakan bila peneliti tidak dapat memprediksi perbedaan antar kelompok subjek yangdibandingkan dalam variabel tertentu.

2. Setelah masalah dirumuskan, peneliti harus mampu mengidentifikasi hipotesis tandingan atau alternatif yang mungkin dapat menerangkan hubungan antar variabel independen dan dependen.

3. Penentuan kelompok subjek yang akan dibandingkan. Pertama-­tama, kelompok yang dipilih harus memiliki karakteristik yang menjadi konsen penelitian. Selanjutnya peneliti memilih kelompok yang tidak memiliki karakteristik tersebut atau berbeda tingkatannya.

4. Pengumpulan data. Hanya data yang diperlukan yang dikumpulkan, balk yang berkenan dengan variabel dependen maupun berkenaan dengan faktor yang dimungkinkan memunculkan hipotesis tandingan. Karena penelitian ini menyelidiki fenomena yang sudah terjadi, seringkali data yang diperlukan sudah tersedia sehingga peneliti tinggai memilih sumber yang sesuai. Disamping itu berbagai instrumen seperti Les, angket, interview, dapat digunakan untuk mengumpulkan data bagi peneliti.

5. Analisis data. Teknik analisis data yang digunakan serupa dengan yang digunakan dalam penelitian diferensial maupun eksperimen, dimana perbandingan nilai variabel dependen dilakukan antar kelompok subjek atas dasar faktor yang menjadi konsen. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik analisis Uji-T, independen atau ANAVA, tergantung dari jumlah kelompok dari faktor tersebut. Apapun teknik analisis statistik inferensial yang digunakan, biasanya analisistersebut diawali dengan penghitungan nilai rata-rata atau mean dan standar deviasi untuk mengetahui perbandingan antar kelompok secara deskriptif.

6. Penafsiran basil. Pernyataan sebab akibat dalam penelitian ini perlu dilakukan secara hati-hati. Kualitas hubungan antar variabel independen dan dependen sangat tergantung pada kemampuan peneliti untuk memilih kelompok perbandingan yang homogen dan keyakinan bahwa munculnya hipotesis tandingan dapat dicegah.

1 komentar:

  1. terima kasih mas Ahmad.Kalau halnya: kemitraan dan kualitas barang, bagaimana ya apakah saya bisa ditolong.Terima Kasih.

    BalasHapus

Tulisan Lainnya:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *